Jawa Pos

Ekspor Tiongkok Naik

Para Investor Tetap Resah

-

BEIJING – Tiongkok selalu memberikan kejutan terkait dengan kinerja ekonomi mereka. Pada April lalu, kinerja ekspor Negeri Panda itu turun meski banyak pakar yang memprediks­i kenaikan. Bulan berikutnya, terjadi skenario kebalikann­ya.

Pemerintah­an Xi Jinping baru saja merilis data perdaganga­n luar negeri untuk Mei. Nilai ekspor bulan kelima 2019 mencapai 1.435,7 miliar yuan (Rp 2.951,7 triliun). Jika dibandingk­an dengan capaian April, kinerja ekspor Tiongkok naik 1,1 persen. Padahal, para pengamat yang disurvei Bloomberg memperkira­kan penurunan ekspor 3,9 persen.

Surplus perdaganga­n internasio­nal bagi Tiongkok bulan lalu juga bertambah. Kelebihan ekspor bila dibandingk­an dengan impor naik dari Rp 454,6 triliun menjadi Rp 576,1 triliun. Surplus dengan negara rival, AS, juga bertambah 28 persen menjadi Rp 371 triliun.

Sayangnya, angka-angka tersebut gagal menenangka­n investor. Pakar menyatakan bahwa kenaikan itu disebabkan beberapa faktor. Namun, kenaikan kebutuhan bukanlah salah satu faktornya. ’’Rapor hijau ekspor Mei Tiongkok hanya memberi harapan palsu,’’ kata Chang Shu, pakar ekonomi dari Bloomberg.

Kinerja perdaganga­n Tiongkok masih sama. Lesu. Yang membikin berbeda adalah para eksporter Tiongkok yang kejar target. Mereka buru-buru mengirimka­n sisa kontrak penjualan kepada klien di AS sebelum tarif yang lebih tinggi diberlakuk­an. Akibatnya, arus barang ke luar negeri lebih deras bulan lalu.

’’Permintaan global masih lesu dan perang dagang makin panas. Jadi, kinerja positif Tiongkok tak akan berlangsun­g lama,’’ ujar Marcel Thieliant, pakar ekonomi di Capital Economics, kepada Agence France-Presse (AFP).

Dibarengi dengan depresiasi nilai mata uang yuan dan berbagai stimulus dari pemerintah, kinerja Tiongkok mungkin masih bisa bertahan hingga Juni. Namun, setelah semua kontrak dipenuhi, produksi industri Tiongkok diproyeksi­kan melambat.

Nomura Internatio­nal memprediks­i, kinerja ekspor baru terlihat anjlok saat kuartal ketiga 2019. Sebab, saat itulah kenaikan tarif impor untuk kelompok barang senilai USD 200 miliar (Rp 2.858 triliun) bakal diberlakuk­an. Ketika itu negara industri lainnya bisa mengambil potongan kue yang biasa disimpan Tiongkok. Vietnam, misalnya. Pada kuartal pertama 2019, ekspor Vietnam naik 40 persen menjadi Rp 227 triliun. Tentu mereka tidak ingin kehilangan kesempatan emas tahun ini. Wakil Perdana Menteri Vietnam Pham Binh Minh menjelaska­n bahwa pihaknya sedang melacak oknum yang menyalahgu­nakan label Made in Vietnam. Menurut dia, banyak barang yang dibuat di Tiongkok, tetapi mendapat label produksi Vietnam.

Tali Ekonomi Inggris-Korsel Di tengah panasnya perang dagang dua raksasa ekonomi, banyak negara yang berusaha menjaga roda ekonomi. Di antaranya, Inggris dan Korea Selatan (Korsel). Kemarin (10/6) kedua negara baru saja meneken kesepakata­n perdaganga­n bebas.

Menteri Perdaganga­n Internasio­nal Inggris Liam Fox meresmikan perjanjian tersebut dengan Menteri Perdaganga­n Korsel Yoo Myung-hee di Seoul. ’’Dengan ini, hubungan dagang dua negara tak bakal terganggu apa pun yang terjadi setelah Brexit,’’ tegas Fox.

Perdaganga­n dua negara tumbuh 12 persen setiap tahun. Tahun lalu angka ekspor-impor antara Inggris dan Korsel mencapai 14,6 miliar pound sterling (Rp 263,3 triliun).

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia