Anak Pertama Dirundung, Kini Pilih Terbuka
Amie Schofield dan seluruh keluarganya harus mempersiapkan diri saat dokter menyatakan bahwa anak terakhirnya interseks. Dia tak ingin bayinya mengalami perundungan seperti anak pertamanya yang memiliki kelainan serupa.
MATANYA biru dengan rambut pirang panjang dikuncir dua. Poni tipis mempercantik penampilan bocah 5 tahun yang diberi nama Victory tersebut. Sekilas tak ada yang aneh pada dirinya. Orang bakal menganggap dia adalah bocah perempuan pada umumnya. Namun, di balik celana dalamnya, Victory memiliki alat kelamin pria, penis.
Anak pasangan Amie dan Michael Schofield itu mengalami sindrom Klinefelter. Biasanya, perempuan punya kromosom XX dan laki-laki XY. Nah, penderita sindrom Klinefelter ini memiliki kromosom XXY. Mereka adalah laki-laki dengan hormon perempuan berlebih.
Saat dewasa, biasanya payudara dan pinggul mereka membesar layaknya perempuan. Kaki mereka juga jenjang dan sulit tumbuh kumis. Suara mereka tetap besar seperti laki-laki dan punya testis lebih kecil daripada ukuran normal. Mereka biasa disebut dengan interseks.
’’Victory tahu tubuhnya beda dengan ibunya, ayahnya, dan kakak lelakinya. Namun, tampaknya perbedaan itu tidak mengganggunya,’’ kata Amie sebagaimana dikutip AP. Amie memiliki dua anak laki-laki lain yang normal.
Amie menceritakan, awalnya dokter memperkirakan anak terakhirnya berjenis kelamin perempuan. Karena itu, Amie menyiapkan nama Victoria. Namun, prediksi dokter berubah. Amie pun memutuskan bahwa anaknya akan diberi nama Victor. Tetapi, saat dilahirkan lima tahun lalu, bayi itu bukan laki-laki maupun perempuan 100 persen. Dia akhirnya diberi nama Victory.
Bagi Amie, kejadian tersebut bukanlah pengalaman pertama. Anak pertamanya menderita kelainan serupa. Namun, ketika itu Amie menghadapinya dengan cara yang salah. Yaitu, menyembunyikan kelainan anaknya dari tetangganya di Idaho, AS. Anak pertamanya beda usia 20 tahun dengan Victory.
Amie mengungkapkan, saat itu dirinya langsung mengikuti saran dokter untuk membesarkan kakak Victory sebagai laki-laki. Testisnya yang belum turun dioperasi agar normal. Namun, ketika remaja, payudara dan pinggulnya membesar. ’’Itu sesuatu yang tidak saya pikirkan sampai orangorang mulai mengolok-olok saya,’’ ujar kakak tertua Victory.
Dia tak mau mengungkap namanya karena masih trauma dan takut dirundung dan dianiaya.
Amie masih berada di rumah sakit setelah melahirkan Victory saat diberi tahu bahwa anak pertamanya hampir tewas dipukuli. Dia merasa marah, tetapi tak bisa berbuat apa pun. Amie dan sang suami akhirnya memutuskan untuk merawat Victory dengan cara yang berbeda. Mereka membiarkan Victory tumbuh menjadi dirinya sendiri dan memilih menjadi laki-laki atau perempuan. ’’Saya tak ingin dia menjalani hidup seperti kakaknya,’’ tutur Amie. Setelah pemukulan, anak pertamanya ketakutan dan kini berusaha berpenampilan seperti laki-laki dan menumbuhkan kumis.
Keluarga Amie pindah ke Salt Lake City, Utah, dan tinggal di peternakan. Seiring dengan berjalannya waktu, rupanya Victory lebih memilih menjadi perempuan. Dia senang memakai rok dan tak mau rambutnya dipotong. Victory mengalami tuli akibat kelainan genetik. Meski begitu, dia tumbuh dengan bahagia. ’’Kami tak ingin dia (Victory) melihat dirinya sendiri dan berpikir bahwa ada sesuatu yang salah hanya karena dia berbeda,’’ ucap Amie.
Orang tua Victory tahu masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi ke depannya. Termasuk mengubah sertifikat kelahirannya dari laki-laki menjadi perempuan. Di Utah, hal itu sulit dilakukan. Harus ada putusan pengadilan dan banyak hakim yang tak setuju. Menikah dengan laki-laki atau perempuan juga menjadi pilihan pelik bagi Victory suatu hari nanti. Namun, Amie dan Michael memilih tak ambil pusing. ’’Dia (Victory, Red) bebas memilih,’’ tegas Michael.