Jawa Pos

Realistis dan Tak Banyak Omong

Tim Indonesia Jelang Indonesia Open 2019

-

JAKARTA – Setelah meraih satu gelar pada Australian Open Super 300 2019, PP PBSI kini fokus menghadapi kejuaraan besar Indonesia Open 2019. Turnamen berlevel super 1.000 tersebut berlangsun­g pada 16–21 Juli di Istora Senayan, Jakarta.

Dalam turnamen itu, tidak ada babak kualifikas­i. Peserta yang ikut adalah mereka yang memiliki ranking 32 besar dalam setiap sektor. Total hadiah yang disediakan mencapai USD 1,25 juta atau setara Rp 17,7 miliar.

Masih ada waktu lebih dari sebulan untuk mempersiap­kan turnamen tersebut. Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan, jeda waktu itu sangat cukup untuk memperbaik­i beberapa kekurangan dalam tim.

’’Jeda waktu itu bisa digunakan untuk menambah akurasi pukulan, strategi yang kemarin tidak bagus bisa dibenahi, sambil evaluasi kekuatan sendiri dan lawan,’’ kata peraih emas Olimpiade Barcelona 1992 itu.

Pada Indonesia Open 2019, PBSI belum memberikan target yang akan dicapai. Dari pencapaian tahun lalu, Indonesia berhasil meraih dua gelar. Yakni, dari ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (diraih dua tahun berturut-turut) dan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Tahun ini Indonesia lagi-lagi mengandalk­an ganda putra. Namun, dari sektor ganda campuran, setelah Butet pensiun, kekuatan sektor tersebut memang melemah. Belum ada gelar yang diperoleh sepanjang 2019. Terbaik adalah pencapaian Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti yang berhasil menembus tiga

partai final dan semua kandas.

Sementara itu, sektor tunggal putra masih perlu banyak pembenahan. Dua gelar beruntun yang diraih Jonatan Christie memang menjadi angin segar. Tetapi belum cukup untuk menjadi pembuktian karena masih berlevel super 300. Adapun tunggal putri masih berkutat pada kelemahan fisik dan teknik. Pada Australian Open 2019, semua wakil tunggal putra terhenti di babak pertama.

Gelar tunggal putra Indonesia Open kali terakhir diraih Indonesia pada 2012 oleh Simon Santoso. Adapun gelar tunggal putri kali terakhir didapatkan Ellen Anglenia pada edisi 2001. Ketika itu Indonesia berhasil menyapu bersih semua gelar. Prestasi luar biasa, memang. Namun faktanya, memang banyak pemain top dunia yang tidak bermain di ajang tersebut. Sejak diadakan pada 1982, Indonesia mengoleksi 84 gelar.

Melihat kondisi sekarang, Susy bersikap realistis. ’’Kami tidak mau asal omong. Kami kerja dulu, kami yang terjelek dulu. Maunya juara lima sektor. Tapi, kami tahu kekuatan kami jadi tidak bisa asal ngomong,’’ ucapnya.

 ?? PP PBSI ?? NAIK DAUN: Jonatan Christie diharapkan mampu bersinar pada Indonesia Open 2019 yang berlangsun­g 16–21 Juli.
PP PBSI NAIK DAUN: Jonatan Christie diharapkan mampu bersinar pada Indonesia Open 2019 yang berlangsun­g 16–21 Juli.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia