Komitmen Menjaga si BCB Romantis
SURABAYA – Kota Pahlawan memiliki banyak bangunan cagar budaya (BCB) di kawasan Surabaya Utara yang patut dilestarikan. Selain jadi khazanah ilmu pengetahuan, BCB merupakan simbol peradaban.
Salah satunya Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria (GKKSPM). Pengurus gereja di Jalan Kepanjen itu tidak hanya melakukan konservasi, tetapi juga edukasi. ’’Ini saksi peradaban lintas generasi,’’ ujar Kusnadi, seorang pengurus gereja yang berdiri pada 1899 itu.
Dia mengatakan, selain saksi era kolonial, GKKSPM jadi saksi pertempuran November 1945. Peristiwa itu terbilang kelam karena menghancurkan sebagian besar struktur bangunan. Beruntung, tiga kali renovasi telah mengembalikan wajah BCB karya arsitek W. Westmaas tersebut. ’’Yakni, 1950, 1960, dan 1996,’’ kata lelaki 29 tahun itu.
Renovasi pada 1950 menambahkan atap. Pemugaran kedua dilangsungkan di bagian kaca. Posisinya dikembalikan seperti semula. ’’Banyak yang pecah juga dulu,’’ ucapnya. Terakhir, perbaikan ketiga terjadi pada menara gereja. ’’Dikembalikan seperti semula,’’ ungkapnya.
Kusnadi menerangkan, bangunan tersebut memiliki nuansa Eropa yang kental. Style bangunan beraliran neogotik. Yakni, sebuah gaya bangunan yang berkembang di akhir abad ke-18. ’’Salah satu nilai yang menonjol adanya menara di atas gereja,’’ ungkap Kusnadi. Ciri neogotik semakin terlihat ketika di dalam ruangan gereja. Deretan kaca dan patungpatung memunculkan nuansa romantis. Atap gereja juga memiliki kubah. ’’Kental style neogotik,’’ ungkapnya.
BCB tersebut, kata dia, masih dilengkapi dasar yang sama saat pendiriannya. ’’Yakni, menggunakan kayu ulin,’’ tambahnya. Kayu tersebut tepat berada di bawah lantai gereja. Jumlahnya 790 batang. ’’Tim UNESCO Indonesia pada 2010 pernah melihat secara detail kayu itu,’’ tuturnya.
Kedatangan Tim UNESCO sebenarnya ingin memasukkan gereja GKKSPM sebagai salah satu situs warisan dunia. Namun, karena kendala administrasi, gereja itu gagal masuk. ’’Dokumennya di Belanda semua,’’ katanya, lantas tertawa. Kini pengurus gereja telah mengambil dokumen tersebut. Pihaknya optimistis bisa memasukkan GKKSPM jadi salah satu situs warisan dunia pada masa mendatang.
Kusnadi menerangkan, pihak gereja betul-betul berkomitmen menjaga gereja yang berdampingan dengan SMA Katolik Frateran Surabaya itu. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan warisan para pendahulu. Komitmen tersebut juga bakal berdampak pada wisatawan yang datang. Setiap bulan sekitar 500 orang mengunjungi gereja tersebut. Selain mengambil jepretan, pengunjung sangat minat dengan sejarah gereja. Bahkan, ada beberapa turis Belanda yang mengunjungi gereja untuk sekadar mengetahui silsilah nenek moyang mereka.