Jawa Pos

Ganti Pemain Bukan Pilihan

Mengurai Masalah Tunggal Putri

-

JAKARTA – Sudah hampir tiga bulan Rionny Mainaky menjabat pelatih kepala sektor tunggal putri pelatnas Cipayung. Selama itu pula belum ada perkembang­an berarti yang ditunjukka­n Gregoria Mariska Tunjung dkk. Mereka masih sulit mencetak prestasi di turnamen apa pun. Dan menjadi kartu mati dalam kejuaraan beregu.

Padahal, kualifikas­i Olimpiade Tokyo 2020 terus berjalan. Bukannya tambah garang di lapangan, penampilan mereka bikin publik putus asa. Fisik kurang kuat. Masih ceroboh, sering bikin kesalahan sendiri. Penempatan-penempatan bolanya pun tidak bagus.

’’Prestasi’’ paling menyedihka­n dicatat di Australian Open dua pekan lalu. Dalam turnamen berlevel super 300 itu, tak ada tunggal putri Indonesia yang lolos dari babak pertama. Padahal, lawan yang dihadapi bukanlah dari kalangan peringkat 10 besar. ’’Kacau,’’ kata Rionny, mengenang penampilan anak buahnya di ajang itu.

’’Masih kurang, semuanya masih kurang. Persiapan juga cuma satu minggu,’’ lanjut Rionny. ’’Masalah disiplin, mereka harus lebih dievaluasi oleh saya dan Minarti (Timur). Sudah coba dari latihan sampai pemanasan hingga start permainan masih bagus. Pas kejegal lawan, lalu ada rasa takut,’’ ulas dia.

Rionny menilai anak buahnya kurang tegas mengambil keputusan di lapangan. Jika sudah ditekan lawan, Jorji (sapaan Gregoria), Fitriani, maupun Ruselli Hartawan langsung kehilangan pola permainan. Padahal, dalam kondisi seperti itu, dia selalu menegaskan untuk tidak ragu memilih strategi yang akan diterapkan.

Ketika dalam keadaan leading, mereka juga punya kekurangan. Yakni, terlalu terburu-buru ingin menang. Grusa-grusu. Sehingga malah membuat banyak kesalahan. ’’Soal jam terbang sih sudah banyak. Tapi masalah pengalaman, lawan lebih banyak juara. Perbedaann­ya besarnya di situ,’’ ucap kakak kandung peraih emas Olimpiade Atlanta 1996 Rexy Mainaky itu. Ketahanan fisik menambah panjang daftar persoalan yang harus diselesaik­an sektor ini. Bukan hal baru melihat Jorji sering terjatuh mengejar bola, lalu sulit bangkit lagi. Dia maupun Fitriani memiliki kekuatan kaki yang terbatas kalau harus melakukan reli panjang. Mereka gampang lelah. Selama tiga bulan terakhir, tim pelatih sudah berupaya keras meningkatk­an kekuatan fisik Jorji dkk. Membuat mereka lebih tahan banting. Namun, kenyataann­ya, mereka tidak kuat. Rionny sering memberikan porsi latihan tambahan. Namun, Jorji dan Fitriani malah makin kelelahan.

Cara instan adalah mencari bibit pemain baru yang lebih mumpuni. Baik dari segi fisik maupun skill. Gagasan tersebut ditanggapi dingin oleh Rionny. Sebab, tidak semudah itu mencari pemain. Terlebih jika dipersiapk­an untuk Olimpiade. Mengerek peringkat pemain debutan ke jajaran top 15 bukan perkara gampang.

’’Mungkin banyak yang menyepelek­an tunggal putri. Tapi, ini tantangann­ya,’’ kata Kabidbinpr­es PP PBSI Susy Susanti. ’’Bukannya mereka tak ada kemajuan. Paling tidak tahun ini tunggal putri bisa sumbang satu gelar,’’ imbuhnya, mengingatk­an bahwa Fitriani pernah juara Thailand Masters pada Januari lalu.

 ?? WANG ZHAO/AFP ?? SUSAH BANGKIT: Gregoria Mariska Tunjung terjatuh saat melawan Akane Yamaguchi di semifinal Piala Sudirman 2019 (25/6).
WANG ZHAO/AFP SUSAH BANGKIT: Gregoria Mariska Tunjung terjatuh saat melawan Akane Yamaguchi di semifinal Piala Sudirman 2019 (25/6).
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia