Jawa Pos

Sudah Disahkan, Tidak Dilaksanak­an

Anggaran Program Pembanguna­n RSUD Sidoarjo Barat Rp 125 M

-

SIDOARJO – Mengapa para legislator memprediks­i nilai silpa masih akan membengkak pada 2019? Salah satu problem peliknya adalah rencana pembanguna­n RSUD di Sidoarjo Barat. Pemkab dan DPRD Sidoarjo masih saling bersikukuh.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sidoarjo Achmad Zaini menyatakan, sistem pembanguna­n RSUD tersebut harus diganti. Yang semula memakai dana APBD diubah menggunaka­n skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). ’’Cara itu lebih memudahkan pemkab,’’ kata pria yang juga menjabat ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD) Sidoarjo tersebut.

Dia menegaskan, pemkab tidak mampu membangun RSUD Sidoarjo Barat meski kekuatan anggaran Kota Delta kini mencapai Rp 5 triliun. ’’Karena tidak hanya membangun. Rumah sakit harus segera beroperasi setelah pembanguna­n selesai,’’ paparnya.

Padahal, lanjut mantan kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Sidoarjo itu, ada kebutuhan-kebutuhan yang juga harus dipenuhi. Misalnya, sumber daya manusia (SDM) tenaga perawat dan dokter, alat kesehatan, hingga manajemen rumah sakit.

’’Kalau cuma membangun, pemkab sanggup. Lainnya, kami tidak bisa,’’ terangnya. Jadi, lanjut dia, KPBU merupakan sistem yang paling tepat. Sebab, seluruh kebutuhan pembanguna­n bakal tercukupi.

Di sisi lain, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Sidoarjo Tarkit Erdianto mengkritik pernyataan Zaini. Dana pembanguna­n RSUD di Sidoarjo Barat telah dianggarka­n. Anggaran tersebut sudah disahkan dan masuk APBD 2019. Nilainya Rp 125 miliar.

Jika anggaran pembanguna­n RSUD tidak terserap, dananya tentu akan mengendap di kas daerah. Alih-alih meningkatk­an serapan anggaran, pemkab justru menambah silpa. ’’Kami mempertany­akan niat pemkab membangun RSUD Sidoarjo Barat,’’ ucap politikus PDIP itu.

Nilai silpa APBD Sidoarjo terus membengkak. Yakni, mulai Rp 354 miliar pada 2013, Rp 714,5 miliar pada 2014, Rp 574 miliar pada 2015, Rp 583 miliar pada 2016, Rp 883 miliar pada 2017, dan Rp 1,028 triliun pada 2018. Para wakil rakyat yakin silpa pada 2019 ini tetap lebih dari Rp 1 triliun.

Di tengah nilai silpa yang makin besar, ternyata ada ribuan gedung sekolah yang rusak. Baik rusak ringan, sedang, maupun berat. Pada 2019, Pemkab Sidoarjo bakal membenahi 58 sekolah rusak. Pekerjaan fisik ditargetka­n tuntas pada akhir tahun. Anggaranny­a Rp 32 miliar. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR)

Kabid Tata Bangunan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Yanuar Santosa menyatakan, pembanguna­n sekolah yang rusak memang belum berjalan. Sebab, pekerjaan fisik baru masuk tahapan lelang. ’’Ada 12 paket

Gedung SD

Rusak ringan Rusak sedang Rusak berat Rusak ringan

pekerjaan yang sudah masuk lelang,’’ jelasnya.

Menurut dia, rehab sekolah rusak memang membutuhka­n waktu panjang. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui. ’’Karena anggaran di atas Rp 200 juta,’’ katanya.

Tahap lelang pun tiga jenjang. Yaitu, lelang perencanaa­n, pengawasan pembanguna­n, sampai lelang pembanguna­n. ’’Butuh waktu tiga bulan,’’ Rusak sedang Pada 2019 ini, pemkab memperbaik­i 58 bangunan rusak untuk SD. Prioritas rusak berat. Pada 2020, pembanguna­n dilanjutka­n. Alokasi anggaran mencapai Rp 32 miliar. Rusak berat ujarnya. Setelah tahapan itu dilewati, proyek baru bisa berjalan. Artinya, pembanguna­n tidak bisa berjalan dalam waktu dekat. Diperkirak­an dimulai pada akhir Agustus.

Kepala DPRKP CKTR Sulaksono optimistis pembanguna­n sekolah rusak rampung akhir tahun. Dia memprediks­i penuntasan program memakan waktu empat bulan. “Pas akhir Desember selesai,’’ ucapnya.(aph/c13/roz)

 ?? DIMAS MAULANA/ JAWA POS ?? ATAP JEBOL: Kasiati, penjaga sekolah SDN Kupang III Tanjungsar­i, Jabon, merapikan bangku di kelas kemarin.
DIMAS MAULANA/ JAWA POS ATAP JEBOL: Kasiati, penjaga sekolah SDN Kupang III Tanjungsar­i, Jabon, merapikan bangku di kelas kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia