Warga Lega, Pabrik Tutup Sementara
GRESIK, Jawa Pos – Aksi unjuk rasa ribuan warga Manyar pada Jumat lalu (19/7) akhirnya mendapat respons dari PT Cargill Indonesia. Pabrik pengelolaan kakao itu bersedia menutup sementara (shutdown). Sejak pabrik di Jalan Raya Manyar tersebut berhenti beroperasi, warga tidak lagi merasakan bau tidak sedap.
Menurut M. Zainur Rosyid, salah seorang tokoh warga Manyar, dari hasil pertemuan antara warga dan wakil perusahaan disepakati bahwa manajemen akan menghentikan operasional pabrik untuk sementara waktu. Namun, saat itu penghentian tersebut tidak bisa serta-merta dilakukan.
”Saya dan Gus Muid (H Abdul Muid Ibnu Zahid, Red) diantar aparat untuk ikut menyaksikan penghentian operasional. Kata mereka, produksi baru dapat berhenti total 8 jam kemudian,” jelas Rosyid.
Sampai kapan penghentian dilakukan? Rosyid menegaskan, tidak ada batas waktu. ”Sampai manajemen bisa mengatasi gangguan bau itu,” tegasnya.
Karena itu, lanjut dia, warga akan terus memantau aktivitas perusahaan bersangkutan. ”Hari ini (kemarin, Red) memang tidak lagi proses produksi. Yang ada, pekerja melakukan pekerjaan bersihbersih atau shutdown,” katanya.
Karena pabrik tidak berproduksi, kondisi lingkungan di sekitar Manyar terasa lebih baik. Warga tidak lagi menghirup bau busuk. ”Sebelumnya, polusi tersebut sampai bikin stres. Apalagi saya punya asam lambung,” ujarnya.
Misalnya, yang diberitakan sebelumnya, ribuan warga Manyar yang tergabung dalam Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) melakukan aksi turun ke jalan. Bahkan, mereka sempat memblokade Jalan Raya Manyar. Kemacetan panjang pun terjadi hingga 10 km. Mereka memprotes PT Cargill Indonesia. Sebab, aktivitas perusahaan itu mengeluarkan bau tidak sedap melalui cerobong.
Sebetulnya, sebelum berunjuk rasa selepas salat Jumat, warga kerap menyampaikan keluhan tersebut melalui aparatur pemerintah setempat. Karena tidak ada tindak lanjut, warga dari beberapa desa itu ramai-ramai ngluruk ke depan perusahaan. Warga yang datang, antara lain, berasal dari Desa Manyar Sidomukti, Manyar Sidorukun, Manyarejo, dan Peganden.