Rayakan Kelahiran Dewi Welas Asih
SURABAYA, Jawa Pos – Tio Tiono Liana berjalan pelan dari pintu gerbang Kelenteng Hok An Kiong, Jalan Cokelat, Bongkaran, kemarin pagi (21/7). Sembari membawa hio empat batang yang terbakar, perempuan 70 tahun itu melangkah ke arah wadah dupa. Dia lantas menganggukkan kepala tiga kali seraya menyembah Sang Pencipta. Tak berselang lama, dia meletakkan hio ke wadah tersebut.
Semenit berlalu, Liana menuju altar sembahyang Dewi Kwan Im. Dia membawa bermacammacam sesaji. Di antaranya, buah, kue, dan kim cua (kertas sembahyang). Bersama puluhan orang, mereka bersembahyang di altar Dewi Welas Asih tersebut. ”Doa-doa kami panjatkan. Salah satunya meminta keberkahan,” kata perempuan asal Wonorejo itu.
Kemarin memang merupakan hari spesial baginya. ”Kami merayakan kelahiran Dewi Kwan Im,” kata Liana. Berbagai sesaji yang disiapkan merupakan ucapan syukur atas penyertaan Sang Dewi yang bernama lengkap Kwan She Im Phosat itu. ”Kalau yang kue dan buah, diletakkan di meja altar. Sedangkan kertas dibakar,” ucapnya.
”Hari ini kami semua bergembira. Umat bersukacita,” kata Ida Trilaksanawati, pengurus kelenteng. Perempuan 67 tahun tersebut menyatakan, momen ulang tahun Dewi Kwan Im itu merupakan rentetan pascaImlek. ”Dengan kata lain, Sang Dewi masih di bumi. Masih menaungi. Umat diingatkan untuk bersyukur,” ucapnya.
Ida menyatakan, prosesi penyembahan untuk Sang Dewi dimulai dengan menyiapkan hio. Setelah itu, dilakukan penyembahan kepada Sang Pencipta. ”Lalu, dilanjutkan ke Dewi Kwan Im,” ucapnya. Di bagian akhir, umat membakar sesaji kertas yang dibawa. ”Bisa ditambah dengan melakukan penyembahan ke dewa-dewa lain,” ucapnya. Prosesi itu, imbuh dia, harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. ”Hati harus ikhlas dan tulus,” imbuhnya.