PT Garam Jadi Penyangga Stok dan Stabilisator
Khofifah Beri Solusi Anjloknya Harga Garam
SURABAYA, Jawa Pos – Para petani garam mengeluhkan anjloknya harga garam. Bahkan, harga garam saat panen itu anjlok hingga mencapai Rp 300 per kilogram. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun tak tinggal diam.
Kemarin (22/7) gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut mengadakan rapat terbatas. Tujuannya, membahas standar kualitas dan kelangsungan produk garam industri di wilayah Madura. Rapat terbatas itu diikuti stakeholder dari Pemprov Jatim, para bupati se-Madura, serta akademisi dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Hadir pula para petani garam dan perwakilan PT Garam.
Menurut dia, dalam kurun waktu sebulan ini, ada aspirasi yang berkembang. Bukan hanya di Jatim, tapi juga di semua daerah penghasil garam. ’’Bahwa harga garam mengalami penurunan drastis sehingga membuat BEP produsen garam tidak terpenuhi,’’ ujarnya.
Karena itu, pihaknya berharap ada regulasi yang diubah. Di antaranya, PT Garam bisa menjadi stabilisator garam dan buffer stock (penyangga stok) garam. Dengan begitu, perlu ada penunjukan khusus dari menteri BUMN atau menteri keuangan agar PT Garam bisa menjadi penyangga stok garam nasional dan stabilisator harga.
Selain itu, rapat tersebut menghasilkan rekomendasi asosiasi petani garam. Yakni, pentingnya harga dasar atau harga pokok penjualan (HPP) khusus garam. HPP diharapkan dapat melindungi petani garam saat terjadi oversupply sehingga bisa mencegah penurunan harga garam secara drastis.
’’Berikutnya, kami berharap segera terkait adanya single data dari produksi garam nasional berapa, lalu data impor garam kita berapa. Karena produksi garam kita ini besar, sampai 9,420 ribu ton, dari Madura ini,’’ tuturnya.
Melalui single data tersebut, bisa ada keterbukaan data garam. Kalaupun ada impor garam, imbuh dia, harapannya tidak melebihi selisih antara kapasitas produksi dan kebutuhan garam nasional.