Jangan Memotret Selevel Mata
Tip untuk Mendapatkan Foto Kopi yang Oke
SURABAYA, Jawa Pos – Minum kopi di kafe sudah menjadi gaya hidup zaman sekarang. Plus fotofoto untuk diunggah di akun media sosial. Ternyata, untuk mendapatkan foto makanan yang oke, tidak sama caranya dengan memotret wajah biasa. Jika tahu triknya, hanya bermodal kamera bawaan telepon genggam pun bisa. Begitu kata food photographer Jiewa Vieri pada Coffee Photography Workshop di Toby’s Estate Tunjungan Plaza Minggu (21/7).
Fotografi kopi yang menarik tidak menggunakan level penglihatan mata normal atau eye-level-position.
Yakni, posisi pemotretan standar pada ketinggian di mana seseorang melihat ke viewfinder sambil berdiri. ’’Sebab, itu akan menghasilkan foto yang hanya menangkap apa yang kita lihat, hanya akan menyampaikan bidikan gambar yang paling realistis. Itu akan terasa monoton apabila semua gambar diambil dengan posisi tersebut,’’ tuturnya.
Posisi yang paling dia sukai adalah lebih tinggi atau lebih rendah daripada level mata. Sudut yang digunakan bisa bermacam-macam. ’’Atau bisa juga menggunakan sudut flat lay dengan cara membidik objek dari atas ke bawah lurus 90 derajat. Dengan teknik itu, meja digunakan sebagai
background-nya,’’ lanjutnya. Dengan menggunakan sudutsudut penggunaan kamera yang disarankan Jie, sapaan Jiewa Vieri, diperlukan properti-properti yang mendukung cerita foto. Misalnya, minum kopi di kafe tidak jauh-jauh dengan cheese cake, meja, vas bunga, buku menu, hingga majalah. Bisa juga dengan meletakkan aksesori pribadi seperti kacamata, dompet, tas, atau jam tangan.
’’Kalau masalah waktu memotret, bisa kapan saja asal cahaya alami masih bagus. Memotret dengan lampu saat malam hari tidak saya sarankan,’’ katanya.
Menurut food photographer yang lain, Erick Limanhadi, anggota badan seperti tangan atau kaki bisa menjadi properti foto yang unik. ’’Itu bisa sekaligus menjadi pemanis dan foto berkesan beda,’’ kata Erick di depan peserta workshop yang berjumlah sekitar 40 orang tersebut.
Pembicara yang lain, Jack Magnifico, memberikan tip bahwa memotret kopi tak melulu berfokus pada kopinya. Tetapi juga latarnya. Yakni, porsi gambar
background lebih besar daripada cangkir kopinya. ’’Sehingga suasana kafenya lebih difokuskan,’’ tuturnya.