Jawa Pos

Lelah Tak Terasa demi Bakti kepada Negeri

-

Gunung Panderman terbakar hebat sepekan ini. Total 70 hektare area habis dilalap api. Dibutuhkan perjuangan keras untuk mencegah api tak menyebar. Selain di kanan kiri jalur ada jurang, jalan pun masih dipenuhi semak belukar.

FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR, Batu, Jawa Pos

TAK banyak kata yang keluar dari Winariadi saat mendaki Gunung Panderman, Batu, Jawa Timur, kemarin (23/7)

J

Matanya awas mengamati suasana sekeliling. Sesekali relawan pemadam dari komunitas Metro Voice Malang Raya itu menebas tanaman liar dengan celurit untuk membuka jalan.

Di tengah perjalanan tersebut Winariadi mendadak terpeleset. Tubuhnya hampir masuk ke jurang sedalam 15 meter. Untung, tubuhnya hanya menyentuh bibir jurang. Dia meringis kesakitan. Temannya yang berada di belakang lekas menolong. ”Nggak apa-apa,” hibur anggota Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu Rohfattah.

Rohfattah mengulurka­n tongkat kepada pria 40 tahun tersebut sebagai bantuan untuk berdiri. Sejenak kemudian mereka melanjutka­n perjalanan. Tujuannya adalah dua titik api yang kembali muncul pada ketinggian 1.600 mdpl. ”Bukan hanya kami. Tadi 200 tim gabungan pemadam juga berusaha menjangkau titik api itu,” katanya.

Tim tersebut berasal dari TNI-AD Batu, Polres Batu, anggota komunitas, serta para relawan. Sebelumnya, pada Minggu (21/7), ada 60 hektare lahan yang terbakar di sisi timur. ”Kami ingin lahan yang terbakar tidak bertambah,” ucapnya.

Mendekati ketinggian 1.200 mdpl, tim mulai menghadapi medan terjal. Jurang ada di kiri kanan jalan. Masing-masing menggunaka­n alat yang dimiliki untuk bantuan mendaki. Akses jalan tak mudah. Semak belukar dan tanaman berduri menjadi penghalang. Mereka harus membuka jalan. Tak sedikit yang mengalami luka gores. ”Begini risikonya memadamkan api di gunung. Perjuangan ekstra,” ucap Winariadi.

Semakin mendekati sumber api, petugas harus cekatan membentuk pola penguncian supaya api tidak menyebar. ”Karena pasokan air tidak bisa menjangkau hingga ke sini,” ucap Kasi Kedarurata­n dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochim.

Titik api pertama yang berhasil dijangkau membentuk pola segi tiga. Tim dipencar menjadi tiga. Jalan di tiga sisi tersebut diuruk dengan cangkul dan celurit. Panjang urukan sekitar 1 meter. Sementara itu, beberapa anggota tim relawan mencabuti tumbuhan liar di sekitar. Utamanya tanaman kering yang mudah sekali terbakar.

Angin kencang menyulitka­n pemadaman. Achmad menginstru­ksi anggota mempercepa­t usaha pengurukan. Dalam kondisi kebakaran seperti itu, api memang tidak dipadamkan karena tak ada air yang bisa menjangkau wilayah tersebut. Yang bisa dilakukan ialah menjaga supaya api tak menyebar. ”Api dibiarkan padam sendiri,” ucap pria 41 tahun itu.

Achmad juga menyuruh petugas mencabuti tanaman basah, lalu melemparka­nnya ke titik api untuk membantu meredam kobaran. Sekitar pukul 13.00 usaha tersebut membuahkan hasil. Api mati. Pada saat bersamaan, 60 orang diterjunka­n untuk menjangkau titik api kedua yang berjarak sekitar 1 kilometer dari titik pertama. Posisinya semakin terjal. Derajat kemiringan­nya hampir membentuk sudut siku-siku. Di titik kedua tersebut, petugas sempat tertahan lama sebelum akhirnya berhasil menjinakka­n si jago merah. ”Treknya memang lebih ekstrem,” ucap salah seorang relawan Nanang Wahadi.

Achmad menjelaska­n, total kebakaran yang terjadi kemarin seluas 5 hektare. Dua hektare di titik pertama. Tiga hektare di titik kedua. ”Bila ditotal dengan kebakaran pada Minggu, jumlahnya 65 hektare,” katanya.

Jumlah tersebut yang terbesar dari kasus kebakaran sebelumnya pada 2012. Tujuh tahun lalu kebakaran ”hanya” menghabisk­an tidak sampai 20 hektare. Terik matahari di musim kemarau disebut Achmad sebagai pemicu kebakaran.

Saat tim pemadaman sudah turun, BPBD menyatakan bahwa mereka baru menemukan titik api baru di petak 213 tadi malam. Mereka juga melihat pergerakan titik api di Tebing Wajik’an. Untuk mengatasin­ya, petugas dari tim pemadaman akan melakukan penyisiran hari ini. ”Luas yang terbakar sudah bertambah 5 hektare menjadi 70 hektare,” ujar Achmad.

Hari ini, tim gabungan juga akan kembali melakukan penyisiran ke dua titik api yang terbakar itu. Tujuannya memastikan bahwa api sudah benar-benar tak muncul lagi. Achmad senang dengan antusiasme relawan. Mereka seperti tidak mengenal lelah. Ada banyak tetesan keringat mereka yang terjatuh di jalan. ”Tak terasa lelahnya karena ini bakti untuk negeri. Bakti kepada alam,” tuturnya.

Untuk menangani kebakaran tersebut, Pemprov Jatim mengerahka­n segenap organisasi perangkat daerah (OPD) seperti dinas kehutanan dan badan penanggula­ngan bencana daerah (BPBD).

Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, meski api mulai padam, penanganan lanjutan terus dilakukan. Tim pemadam menggunaka­n metode sekat bakar dengan estimasi panjang 5 km, lebar 3 meter, dan pembakaran terbalik.

Lokasi itu sulit dijangkau lantaran terjal dan berbatu. Kebakaran diduga disebabkan faktor alam. Hal tersebut dilihat dari sebaran titik api. ’’Persisnya akan ditelaah tim khusus yang menyelidik­i kebakaran hutan itu,’’ kata Khofifah.

Setelah kebakaran teratasi, pihaknya mengambil langkah strategis untuk rehabilita­si hutan. Rencananya, pemprov menggunaka­n jenis tanaman rimba seperti suren, eukaliptus, dan MPTS. Sebagai langkah antisipasi, pemprov juga meminta jajaran terkait untuk meningkatk­an pengarahan kepada pendaki tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ??
ALFIAN RIZAL/JAWA POS
 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? ATUR STRATEGI: Tim gabungan pemadaman berbagi tugas untuk menangani kebakaran di dua titik petak 227 Gunung Panderman kemarin. Foto kiri, petugas berusaha mencegah supaya api tidak menyebar.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS ATUR STRATEGI: Tim gabungan pemadaman berbagi tugas untuk menangani kebakaran di dua titik petak 227 Gunung Panderman kemarin. Foto kiri, petugas berusaha mencegah supaya api tidak menyebar.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia