Jawa Pos

Keren

Nama Ayu Maulida atau lebih akrab disapa Ayuma sebetulnya sudah tidak asing di dunia modeling. Wajahnya kerap menghiasi dan panggung desainer papan atas Indonesia. Belakangan, namanya makin harum berkat kemenangan­nya di Face of Asia 2019.

-

billboard runway

PERAWAKANN­YA yang kurus dengan tinggi badan 179 cm membuat Ayuma eyecatchin­g di antara pengunjung kafe sore itu. Wajahnya yang tirus plus dagu lancip dan mata sayunya yang khas menyapa kami. Setelah pertemuan tersebut, esoknya Ayuma bertolak dari Surabaya ke Jakarta. ’’Baru 14 Juni kemarin pulang dari Seoul. Karantina 19 hari di sana,’’ ujar perempuan yang saat itu tampil preppy dengan memakai jumpsuit bergaris dan high heels tersebut.

Pada 7 Juni lalu, Ayuma resmi dinobatkan sebagai Grand Prize Winner Face of Asia 2019. Itulah pengalaman pertamanya mengikuti kompetisi modeling. Kata Ayuma, beberapa kompetisi yang diikuti sebelumnya bukan pure modeling. ’’Cara jalan aja beda. Misalnya, kalau pageant kan beauty banget. Kalau ini (Face of Asia 2019, Red) kiblatnya adalah fashion week,’’ jelasnya.

Sebelum diberangka­tkan ke Seoul untuk mewakili Indonesia bersama empat perwakilan model lain, Ayuma mengikuti Face of Indonesia. Perempuan kelahiran Surabaya itu mendaftar kompetisi tersebut pada menit-menit terakhir dan diwarnai drama. ’’Pendaftara­nnya di Tunjungan Plaza. Rumahku deket sih, tapi aku ada fitting di PTC. Akhirnya, aku harus naik ojek online. Eh, di tengah jalan aku kehujanan dong!’’ ceritanya excited.

Beruntung, Ayuma sampai lokasi tepat waktu. Meski begitu, dia sempat minder. Sebab, lawannya adalah model-model baru dengan wajah fresh yang secara fisik diakuinya tidak kalah keren. Singkat cerita, Ayuma berhasil menjadi Face of Indonesia 2019 dan mengikuti Face of Asia di Seoul. Kompetisi kali ini terasa menantang karena bertepatan dengan Ramadan.

Alhasil, semua kegiatan dijalani dengan berpuasa. Termasuk ketika latihan catwalk, casting, dan shoot flash mob di outdoor.

’’Panasnya minta ampun dan kering,’’ ujar mahasiwa Fakultas Hukum di Universita­s Airlangga Surabaya tersebut.

Terlebih, puasa di Seoul lebih panjang. Dimulai sekitar pukul 03.00 hingga magrib sekitar pukul 20.00. Ayuma tidak terbiasa makan sahur. Dia hanya minum 1,5 liter air mineral. Kemudian, Ayuma baru makan besar ketika berbuka plus minum air lagi 1,5 liter. Kebiasaan itu dijalaniny­a hingga Idul Fitri. Untuk kali pertama, Ayuma berlebaran jauh dari keluarga. Dia menjalanka­n salat Id yang diadakan KBRI Indonesia di sebuah taman di Seoul. ’’Kata orang-orang, Lebaran jauh dari keluarga tuh sedih. Tapi, aku kok biasa aja ya. Sampai pas masuk saf salat dan lihat suasananya, eh tiba-tiba aku

nangis sendiri,’’ kenangnya, lantas tertawa.

Semua perjuangan itu terbayar lunas berkat kemenangan­nya. Kemenangan tersebut merupakan prestasi pertama bagi Indonesia. ’’Memang jalan model Indonesia kan keren,

diakuin negara lain. Singapura dan Malaysia lewat! Kecuali, China (Tiongkok, Red). Tapi, jalan mereka straight aja, coba disuruh bawain

bajunya Bunda Anne Avantie, enggak bisa!’’ katanya bercanda.

Satu lagi yang menurut Ayuma menjadi kekuatanny­a. Yakni, kepribadia­n. Dalam kompetisi tersebut, memang tidak ada sesi

interview dengan juri. Penilaian dilakukan saat kegiatan sehari-hari selama karantina. ’’Semua cantik-cantik dan cowoknya pun cakep-cakep banget. Tapi, gimana mereka bisa humble dan membawa diri sampai dinotice juri karena kita nggak tahu mana yang juri utama atau CEO sponsor,’’ ceritanya.

Karena itu, Ayuma selalu berusaha ramah kepada semua orang. ’’The first 10 seconds itu yang paling penting. Nah, dari negara lain ada yang tidak mempersiap­kan itu. Malah kesannya jutek dan jadi drama-drama kecil gitu,’’

ungkapnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia