Jawa Pos

Cari Dukungan untuk Pantaskan Diri

-

NAMA M. Sholeh menghiasi sejumlah media beberapa pekan terakhir. Maklum, dia adalah orang pertama yang mendeklara­sikan diri sebagai cawali dari jalur independen. Hingga kemarin, belum ada nama yang benar-benar declare.

Keseriusan Sholeh untuk maju melalu jalur independen pada pilwali Surabaya sudah dipersiapk­an dengan cukup matang. Hingga kemarin (23/7), dia mengklaim sudah hampir dapat 20 ribu KTP sebagai dukungan untuk maju jalur independen. Sholeh menargetka­n bisa mengumpulk­an minimal 150 ribu KTP dukungan

J

Dia mengungkap­kan dua atau tiga hari sekali selalu menyempatk­an untuk menemui masyarakat yang cangkrukan ke warung kopi. Yang ditawarkan Sholeh adalah konsultasi hukum gratis. Yang datang ke warung kopi itu sekitar 15 orang, bahkan lebih.

Banyak di antara mereka yang bertanya tentang surat ijo hingga konsultasi soal UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). ”Karena saya punya latar belakang advokat ya memberikan konsultasi hukum gratis. Hampir mirip seperti Kopi Jhony-nya Bang Hotman Paris di Jakarta itu,” ujar Sholeh.

Cara tersebut sekaligus untuk terus mengenalka­nnya kepada masyarkat bahwa dia benar-benar serius. Tidak sekadar numpang tenar dalam hajatan pilwali lima tahunan. ”Kalau ditanya seserius apa? Ya saya sudah sangat serius, apalagi setelah Bu Risma ini belum ada calon yang kuat. Juga saya buktikan dengan deklarasi sejak awal dan niat benar-benar kumpulkan e-KTP,” jelasnya.

Meski mengakui memang cukup berat melaju di jalur independen, Sholeh penuh keyakinan bahwa masyarakat Surabaya akan melihat siapa yang benar-benar serius untuk menjadi pemimpin Surabaya. ”Bukan calon karbitan yang muncul di last minute saja. Itu ibarat warga Surabaya diminta beli kucing dalam karung,” imbuhnya.

Selain Sholeh, ada nama yang belakangan terlihat serius. Dia adalah Zahrul Azhar alias Gus Hans. Nama tersebut merupakan pimpinan Pondok Darul Ulum, Peterongan, Jombang. Lelaki itu memiliki popularita­s cukup tinggi. Sebab, dia kerap muncul di televisi sebagai bintang iklan salah satu larutan penyegar.

Di sisi lain, dia menjadi host pada salah satu acara televisi swasta yang mengulas masalah santri. Bagi Gus Hans, semua itu adalah modal tambahan.

Saat ini dia merambah berbagai komunitas. Mulai komunitas olahraga, pendidikan, hingga pegiat antinarkob­a. ”Peran mereka sangat penting. Karena itu, saya dekat dengan mereka,” ucap Gus Hans.

Lelaki yang sehari-hari tinggal di Gayungan tersebut mengiyakan bahwa dukungan terus mengalir kepadanya. Namun, dia tidak mau tergesa-gesa mendeklara­sikan diri maju sebagai calon wali kota.

Saat ini dia ingin berpartisi­pasi aktif dengan masyarakat Surabaya. ”Tentunya melalui berbagai komunitas, kelompok, dan langsung terjun ke masyarakat,” katanya.

Gus Hans juga menolak bahwa langkah itu disebut sebagai strategi. Sebab,kegiatanbe­rsamakomun­itas, kelompok, dan berbaur bersama masyarakat adalah hobi. Dia sudah lama melakukan itu.

Hanya, saat ini dia sering disebut bakal maju. Dengan begitu, kesan saat turun ke lapangan menjadi berbeda. ”Padahal, sudah lama saya melakukan itu,” ungkapnya.

Sebagai pimpinan pondok pesantren, Gus Hans memiliki kans besar untuk meraih dukungan dari NU. Tapi, dia tidak mau mengaitkan politik dengan organisasi NU. Kalaupun nanti jadi maju, dia ingin melibatkan masyarakat secara langsung.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia