Paling Killer, Reguler di Ligue 1 Musim Depan
Stephanie Frappart, Wasit Perempuan untuk Piala Super Eropa 2019
Tahun ini menjadi tahun gemilang bagi Stephanie Frappart. Setelah memimpin final Piala Dunia Wanita 2019, Frappart dipercaya UEFA untuk bertugas dalam Piala Super Eropa antara Liverpool versus Chelsea di Vodafone Park, Istanbul, pada 15 Agustus mendatang.
SERBA-PERTAMA. Sudah tiga rekor ditorehkan Frappart dalam lima bulan terakhir. Yang pertama, Frappart menjadi wasit perempuan pertama yang memimpin pertandingan di Ligue 1. Tepatnya dalam laga antara Amiens SC versus RC Strasbourg pada journee ke-34 pada 28 April lalu.
Wasit 35 tahun itu kembali memimpin pertandingan Ligue 1 dua pekan berselang. Yakni, saat OGC Nice ditahan seri 1-1 FC Nantes. Pengadil lapangan kelahiran Val-d’Oise, Prancis, itu kembali menjadi pusat perhatian setelah memimpin final Piala Dunia Wanita antara Amerika Serikat versus Belanda (8/7). Frappart menjadi wasit Prancis pertama yang mendapat kesempatan memimpin final ajang yang memasuki edisi kedelapan tersebut.
Puncaknya terjadi kemarin WIB (2/8). UEFA menunjuk Frappart sebagai wasit Piala Super Eropa. Seperti di final Piala Dunia Wanita, Frappart yang berlisensi FIFA sejak 2009 kembali ditemani asisten wasit yang sama. Kompatriotnya, Manuela Nicoloisi, dan Michelle O’Neill (Irlandia). Selain trio perempuan itu, UEFA tetap melibatkan wasit pria. Yaitu, Cuneyt Cakir sebagai ofisial keempat dan Clement Turpin sebagai operator VAR. ”Ini (Piala Super Eropa) akan menjadi tantangan lebih bagi saya,” ucap Frappart sebagaimana dikutip Jawa Pos dari France Football.
Presiden UEFA Aleksander Ceferin menyebut, penunjukan Frappart untuk Piala Super Eropa menjadi langkah signifikan bagi sepak bola wanita. ”Saya sering mengatakan di berbagai kesempatan, tidak ada batasan bagi sepak bola wanita,” ucapnya di laman resmi UEFA. ”Saya harap keterampilan dan pengabdian Stephanie menginspirasi jutaan gadis maupun perempuan di seluruh Eropa bahwa tidak ada hambatan bagi seseorang yang ingin mencapai cita-citanya,” lanjut Ceferin.
Selain dua laga di Ligue 1 dan final Piala Dunia Wanita, Frappart lumayan berpengalaman memimpin pertandingan pria. Musim lalu, misalnya, dia total memimpin 17 laga domestik Prancis. Paling banyak (14 laga) di Ligue 2. Sudah lima tahun terakhir Frappart berkiprah di kompetisi kasta kedua Prancis tersebut. Untuk musim baru (2019–2020), Frappart ”naik kelas”. Dia bakal bertugas reguler di Ligue 1.
Bicara kepemimpinan, tujuh kartu merah yang dikeluarkannya sepanjang musim lalu menjadi bukti bahwa dia termasuk ”killer”. Apalagi, lima dari tujuh kartu merah itu diberikan secara langsung. Bahkan, di laga National 1 (kompetisi kasta ketiga di Prancis) antara Laval versus Lyon Duchere (8/9), dua kali dia mencabut kartu merah untuk pemain dari masing-masing klub.
Statistik kartu merah Frappart jelas lebih ”kejam” ketimbang Bibiana Steinhaus, wasit perempuan kondang asal Jerman yang dikenal tanpa kompromi. Musim lalu, Steinhaus hanya tiga kali mengeluarkan kartu merah di tiga laga. Itu pun kartu merah tidak langsung.
Di sisi lain, sebelum Frappart, sudah ada wasit perempuan yang bertugas dalam laga-laga ajang di bawah UEFA. Dia adalah Nicole Petignat asal Swiss. Hanya, Petignat yang sudah pensiun itu cuma memimpin tiga laga sekaliber kualifikasi Piala UEFA (kini Liga Europa) pada periode 2004 hingga 2009. Belum sampai pada pertandingan mayor seperti Piala Super Eropa.