Disiapkan Tempat, Truk Tetap Mangkal di Tepi Jalan
SURABAYA, Jawa Pos – PT Pelindo III telah memfungsikan fasilitas transit atau tempat singgah truk di Jalan Kalimas Baru, Pabean Cantian. Namun, lahan parkir berkapasitas 70 truk itu belum banyak dimanfaatkan para pengemudi angkutan barang. Banyak sopir mokong yang memilih tetap parkir di tepi jalan.
Keberadaan parkir liar tersebut bisa diamati kemarin (2/8). Sedikitnya, ada belasan truk yang berhenti di Jalan Kalimas Baru. Sebagian bahkan nekat parkir di depan tempat singgah milik Pelindo yang memiliki luas 0,7 hektare itu.
’’Susah kalau masuk tempat parkir. Di sini (jalan, Red) lebih cepat bergeraknya,’’ kata salah seorang sopir truk yang namanya tak mau disebutkan. Lelaki itu mengaku sengaja meletakkan kendaraannya di tepi jalan karena gratis. ’’Ada biaya tambahan untuk parkir di dalam. Uangnya bisa untuk beli kopi,’’ ujarnya.
Humas Pelindo III Regional Jatim Rendy Fendy menjelaskan, Transit Truck & Trailer itu mulai dibangun tahun lalu. Fasilitas tersebut dioperasikan per Juli 2019. Pelindo berupaya memfasilitasi angkutan yang hendak masuk ke pelabuhan untuk mengambil barang. Dengan begitu, mereka tidak lagi parkir di tepi jalan saat menunggu kapal bersandar.
’’Dengan fasilitas itu, akses ke pelabuhan lebih rapi,’’ ucapnya. Dia tak menampik masih ada truk yang berhenti di pinggir jalan. Hal tersebut cukup mengganggu. Sebab, truk mempersempit jalan ke pelabuhan. Keberadaan trailer berdampak pada kemacetan. ’’Kami sudah sering mengingatkan sopir truk. Salah satunya, dengan memasang rambu larangan parkir,” jelasnya.
SURABAYA, Jawa Pos – Sebagian kaum lanjut usia (lansia) di Surabaya Utara belum hidup secara layak. Mereka kurang perhatian dan kesepian karena tak memiliki sanak saudara. Jumlah lansia telantar masih tinggi dan terus bertambah.
Berdasar data Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Semampir, tercatat ada 616 lansia yang masuk kategori telantar selama 2018 di kecamatan tersebut. Angka itu naik dibandingkan tahun sebelumnya. Yakni, 166 orang.
Para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) itu tersebar di lima kelurahan. Yakni, Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Meski belum terdata secara terperinci, jumlahnya berpotensi bertambah tahun ini.
Lurah Wonokusumo Andre Kurniawan membenarkan soal masih banyaknya lansia telantar di wilayahnya. Tak sedikit yang sudah ditolong petugas kelurahan. Sebagian dibawa ke panti jompo Griya Wreda milik Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya. ”Terpaksa dibawa ke sana karena tidak ada tempat menampung di kelurahan. Sedangkan, mereka perlu perawatan,” kata Andre.
Menurut dia, seluruh lansia yang dipindahkan petugas kelurahan telah ber-KTP Surabaya. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap. Untuk hidup, para lansia mengandalkan belas kasihan dari tetangga. Selain di Wonokusumo, lansia telantar banyak ditemukan di Sidotopo.
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan Sidotopo Dian Anwari menyebutkan, jumlah lansia telantar di kelurahannya cukup banyak. Pada tahun ini, tercatat ada 200 orang. Kondisinya cukup beragam.
Ada lansia yang tidak memiliki sanak saudara. Ada pula yang ditinggal keluarga. ”Kenapa bisa telantar? Penyebabnya cukup beragam,” kata Dian. Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari problem ekonomi dan pendidikan.
Banyak warga yang belum sadar dan paham tentang kewajiban merawat orang tua. Mereka hanya mau uangnya dan mengabaikan ayah atau ibu mereka saat sudah uzur. ”Nah, kami juga menemukan orang yang tidak bisa merawat orang tuanya dengan alasan hidupnya masih susah. Penghasilannya tak cukup untuk memberi makan seluruh anggota keluarga,” tambah Dian.
PSM terus berkoordinasi dengan pengurus RT/RW untuk menangani masalah lansia. Sebab, mereka memerlukan perhatian lebih. Kondisi para lansia harus terus dipantau karena rawan terkena penyakit.
Lantas, mengapa tidak dibawa ke panti jompo semua? Berdasar cerita Dian, tidak semua lansia telantar mengerti niat petugas. Tak sedikit yang ngeyel. Mereka tidak mau dipindahkan dan tetap ingin hidup menyendiri. ”Kami memantau lewat tetangganya,” kata Dian.