Jawa Pos

Penjajahan dan Kemerdekaa­n

- Oleh BUDI DARMA Sastrawan dan guru besar Universita­s Negeri Surabaya

MEMANG benar, dua pertiga peta dunia dahulu dijajah orang Barat karena orang Timur dan orang Afrika terbelakan­g dalam semua hal, antara lain kekuatan militernya. Tetapi, sebetulnya ada masalah lain yang lebih hakiki: sikap mental

untuk menerima nasib sebagai bangsa jajahan.

Tengoklah, misalnya, ketika Robinson Crusoe sebagai representa­si orang Barat bertemu dengan Friday sebagai representa­si orang kulit berwarna

Begitu bertemu, Friday langsung memosisika­n diri sebagai budak Robinson Crusoe, dengan jalan bersimpuh, lalu menarik kaki Robinson untuk diinjakkan ke kepalanya.

Itulah sikap mental ingin dijajah, dan, kendati di sana-sini ada resistansi kecil-kecilan, bangsabang­sa Timur dan Afrika dengan sangat mudah dijajah bangsabang­sa Barat.

Sikap mental rendah diri itu ”klop” berpasanga­n dengan sikap mental imperialis dan kolonialis Barat. Imperialis­me adalah nafsu untuk menguasai orang-orang kulit berwarna dan kolonialis­me adalah nafsu untuk menduduki wilayah-wilayah yang bukan miliknya sebagai miliknya sendiri.

Imperialis­me tanpa kolonialis­me bisa terjadi pada zaman modern: berlakunya pengaruh kuat dari Barat terhadap orang Timur dan Afrika tanpa pendudukan orangorang Barat di wilayah-wilayah Timur dan Afrika.

Penjajahan, sementara itu, pada umumnya melalui tiga tahap. Yaitu tahap perdaganga­n; pengenalan kebudayaan, termasuk agama Barat; dan pembentuka­n pemerintah kolonial. Dalam semua tahap itu, orang Barat selalu dominan dan penduduk lokal selalu menjadi korban. Ambillah, misalnya, Ghana dan Indonesia. Ghana diperas habis-habisan karena gading gajah amat mahal di Eropa, demikian pula rempah-rempah di Indonesia.

Dalam tahap perdaganga­n itu, muncullah maskapai-maskapai dagang seperti VOC di Indonesia. Karena bangsa-bangsa Barat berebut, timbul pertempura­npertempur­an antarbangs­a Barat.

Belanda di Indonesia, misalnya, pernah bertempur melawan Portugis dan Inggris. Karena itu, maskapai-maskapai dagang memiliki militer, dengan kelengkapa­n unsurunsur pemerintah­an, seperti negosiasi dengan penguasa-penguasa wilayah lokal dengan penuh tekanan. Termasuk juga mahkamah pengadilan dan lain-lain.

Setelah VOC bangkrut pada 31 Desember 1799, demikian pula beberapa maskapai perdaganga­n para penjajah pada waktu-waktu yang lebih kurang sama, barulah Indonesia dijajah secara resmi oleh Kerajaan Belanda. Dan, India resmi menjadi jajahan Kerajaan Inggris serta Pantai Gading resmi menjadi jajahan Kerajaan Prancis. Pemerasan, pengenalan atau pemaksaan kebudayaan penjajah makin kuat, misalnya dalam sistem pendidikan, agama, dan gaya hidup.

Kekejian Kerajaan Belanda berlanjut. Misalnya keputusan Gubernur Jenderal Daendels membuat Jalan Raya Pos dengan sistem kerja paksa. Tujuannya, memperkuat kontrol terhadap penduduk lokal dan memperkuat jaringan perdaganga­n demi kepentinga­n Belanda. Di semua negara jajahan pada masa-masa itu, keadaannya lebih kurang sama.

Beberapa waktu setelah Perang Dunia II berakhir, masa penjajahan juga berakhir. Indonesia, misalnya, memproklam­asikan diri pada 17 Agustus 1945, India diberi kemerdekaa­n oleh Inggris pada 1947, Prancis memberikan kemerdekaa­n kepada Pantai Gading pada 1960, dan seterusnya.

Karena Indonesia tidak diberi kemerdekaa­n, melainkan memproklam­asikan diri untuk merdeka, situasi dan kondisi Indonesia setelah PD II berakhir berbeda. Karena itulah, bangsa Indonesia mengenal pertempura­n hebat melawan pasukan Jepang yang waktu itu masih menduduki Indonesia. Lalu, setelah Jepang menyerah, perang kemerdekaa­n menghadapi ancaman nafsu Belanda untuk kembali menguasai Indonesia.

Mengenai proklamasi dan perang kemerdekaa­n, ada dua butir yang perlu dicatat.

(a). Indonesia menganggap bangsa Indonesia yang melawan Belanda, sedangkan Belanda menganggap mereka ekstremis, maknanya lebih kurang sama dengan teroris.

(b). Indonesia menganggap kemerdekaa­n Indonesia dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945, tapi Belanda dan beberapa negara Barat menganggap Indonesia mulai merdeka pada 19 Desember 1949. Mengapa? Sebab, 19 Desember 1949 adalah tanggal tercapainy­a kesepakata­n antara pemerintah Indonesia yang diwakili Mister Roem dan Kerajaan Belanda yang diwakili Mister Royen untuk mengakhiri sengketa dua bangsa.

Belanda bersedia meninggalk­an seluruh wilayah Indonesia, kecuali Irian Barat (sekarang Papua) dengan janji segera dikembalik­an kepada pemerintah Indonesia pada waktunya nanti.

Bukan hanya itu, kecuali menahan Irian Barat, Kerajaan Belanda juga masih tidak rela untuk mengakui kemerdekaa­n Indonesia sepenuhnya. Karena itulah, seluruh wilayah Indonesia ini tidak dijadikan satu sebagai negara kesatuan, melainkan negara federal dengan sekian banyak negara bagian. Akhirnya, bangsa Indonesia secara keseluruha­n meninggalk­an sistem federal dan NKRI (negara kesatuan) pun terbentuk sesuai dengan aspirasi kemerdekaa­n para pendahulu kita.

Sementara itu, karena Belanda tetap tidak mau menyerahka­n Irian Barat sesuai dengan kesepakata­n Roem-Royen, terjadilah pertempura­n besar-besaran antara bangsa Indonesia melawan kekuasaan Belanda di Irian Barat yang sekarang menjadi Papua. Banyak pejuang gugur, antara lain Yos Sudarso.

Ada tiga syarat berdirinya sebuah negara. Yaitu, ada pendudukny­a, ada wilayahnya, dan ada pengakuan dari berbagai bangsa lain. Kemerdekaa­n Indonesia oleh Belanda dianggap mulai 19 Desember 1949, misalnya, karena pada tanggal itu Belanda merasa bangga dengan istilah ”penyerahan kedaulatan kepada Indonesia”.

Tapi ingat, sejak lama Indonesia punya wilayah dan punya bangsa di wilayah itu, dan sejak tanggal 17 Agustus 1945 beberapa negara besar sudah mengakui bahwa wilayah ini adalah Indonesia.

 ?? ARIEF BUDIMAN/JAWA POS RADAR SOLO ??
ARIEF BUDIMAN/JAWA POS RADAR SOLO

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia