Tiga Jalur Menuju Kota Kerap Padat
SURABAYA, Jawa Pos – Ada tiga jalur di Surabaya Barat yang dipakai untuk menuju pusat kota. Di antaranya, melalui jalur barat Lakarsantri–Wiyung, jalur tengah HR Muhammad–Mayjen Sungkono, dan jalur timur Benowo– Tandes. Namun, ketiga jalur tersebut kerap padat. Penyebabnya berbeda-beda. Misalnya, di jalur timur Benowo–Tandes, lalu lintas (lalin) memadat karena adanya proyek box culvert.
Sementara itu, jalur barat yang menggunakan Jalan Raya Lakarsantri dan Wiyung sering macet saat pagi karena volume kendaraan dan jalan yang sempit. ’’Paling padat saat berangkat sekolah dan kerja,’’ kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya Irvan Wahyudrajat.
Memang ada pelebaran jalan di sana. Namun, pelebaran itu dilakukan di Jalan Wiyung hingga pertigaan traffic light arah Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Nah, saat pagi, banyak kendaraan dari arah Gresik menuju Surabaya sehingga kemacetan tidak bisa dihindari. Kemacetan itu juga terjadi di sekitar Jalan Raya Babatan, Lakarsantri.
Untuk jalur timur Benowo– Tandes, kemacetan terjadi karena imbas pengerjaan box culvert. Saat ini pembangunan dilakukan di dua titik berbeda. Yakni, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, serta Kecamatan Tandes. Aktivitas proyek yang memakan sebagian lajur tersebut membuat kendaraan melambat. Apalagi, di sana banyak kendaraan besar yang melintas.
’’Kepadatan lalin di jalur barat dan timur ini akan berkurang seiring berjalannya waktu,’’ ucap Irvan. Dia mencontohkan kemacetan di wilayah Lakarsantri bakal kelar ketika pembebasan lahan dan pelebaran jalan lanjutan tersebut rampung. Sementara itu, kemacetan di Jalan Benowo akan teratasi saat pembangunan box culvert selesai. ’’Apalagi, jika jalan lingkar luar barat (JLLB, Red) selesai. Arus lalu lintas di sekitar Sememi bisa lancar,’’ jelasnya.