Apresiasi Pelayanan JKN-KIS Terbaik
BPJS Kesehatan memberikan penghargaan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Rumah Sakit (RS) yang berkomitmen dalam memberikan pelayanan terbaik kepada peserta Jaminan Kesehatan NasionalKartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dalam ajang BPJS Kesehatan Award pada Kamis (15/8).
Dari 26.772 fasilitas kesehatan yang sudah dinilai, terseleksi 52 FKTP, 42 RS, dan 13 apotek terbaik di tingkat wilayah. Selanjutnya dilakukan seleksi kembali sampai di tingkat nasional sehingga terpilih satu FKTP terbaik dari lima kategori. Yaitu, kategori puskesmas, klinik pratama, dokter praktik mandiri, dokter gigi dan apotek program rujuk balik (PRB), serta satu rumah sakit terbaik dari tiap kelas rumah sakit, yakni rumah sakit kelas A, B, C, dan D.
’’Kami berharap para penerima BPJS Kesehatan Award dapat membagikan pengalamannya kepada faskes lain tentang upaya memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat sehingga kualitas fasilitas kesehatan di Indonesia dapat adil dan merata,’’ ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris di Jakarta Kamis (15/8).
Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan Maya Amiarny Rusady sangat mengapresiasi ternyata masih banyak fasilitas kesehatan yang selalu memberikan pelayanan terbaik kepada peserta JKN-KIS dan terus comply terhadap kebijakan yang ada.
Maya menambahkan, selain dilaksanakan dalam rangka HUT Ke-51 BPJS Kesehatan, penghargaan tersebut diberikan BPJS Kesehatan terhadap fasilitas kesehatan yang memiliki komitmen tinggi dalam menyukseskan program JKN-KIS serta memberikan pelayanan yang berkualitas kepada peserta.
’’Kriteria penjurian melalui berbagai tahap yang selama setahun ini telah dinilai. Terpilih yang terbaik dari masingmasing kategori. Nilai skornya beda tipis. Selamat untuk pemenang,’’ ucap Nafsiah Mboi, tim juri eksekutif untuk BPJS Kesehatan Award 2019.
Nafsiah menambahkan, kriteria penilaian dilihat dari tiga hal. Pertama, unsur kemanusiaan yang menggambarkan bagaimana petugas RS melayani pasien dan keluarganya dengan penuh empati. Kedua, networking RS, baik horizontal seperti sistem rujuk maupun vertikal seperti kemudahan pasien dalam mengakses dan layanan ambulans. Ketiga, terkait kerja sama tim atau teamwork. ’’Banyak terjadi makin besar rumah sakit semakin tidak ada teamwork. Biasanya, profesor, dokter, kerja sendiri,’’ lanjut Nafsiah.