BERI DUKUNGAN LEWAT LARI
Vonis kanker limfoma hodgkin stadium IV dan lumpuh tidak menghentikan semangat Intan Khasanah. Dia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti race pertamanya, Borobudur Marathon 2019.
JAKARTA, Jawa Pos – Tak pernah terpikirkan bagi Intan mengikuti lari. Namun, ini merupakan bagian dari semangatnya untuk memberikan dukungan bagi pejuang kanker. Sejak dinyatakan bersih pada Juli lalu, Intan menganggap second life-nya harus digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Tidak hanya berlari, Intan juga menggalang dana bagi Yayasan Pita Kuning. Penggalangan dana memang bukan yang pertama dia lakukan. Saat merayakan ulang tahunnya lalu, Intan berhasil mengumpulkan dana sampai Rp 20 juta. ’’Target awal Rp 3 juta. Kalau sudah tercapai,
naikin target lagi. Kalau dulu saja bisa Rp 20 juta, seharusnya sekarang bisa lebih dari itu,’’ ungkap Intan.
Pada Mei lalu, dia bertemu dengan salah seorang penyintas kanker dan penggagas Miles to Share, M. Kamil. Dari situ, Intan mendapat inspirasi untuk bisa melakukan hal serupa. ’’Aku selalu menganggap bahwa kanker tidak boleh membatasi diri kita. Lari ini tantangan baru buat aku. Mungkin bisa menjadi salah satu
milestone aku untuk mengalahkan diri dalam fase berikutnya,’’ ujar Intan.
Mulai 2013 hingga 2019, total Intan telah melakukan
26 kali kemoterapi, 70 kali radioterapi, dan 5 kali operasi (bedah saraf tulang belakang, buka pasang kateter di paru-paru, buka pasang chemoport) Mempersiapkan diri untuk
race pertama bukan hal mudah bagi Intan. Dia memang sudah memiliki program latihan. Dari program latihannya, dia dijadwalkan bisa lari 20 km per minggu. Namun, ada beberapa hal yang menjadi tantangan selama persiapan maraton pertamanya itu.
’’Badanku memang punya alarm sendiri. Fisik endurance
emang masih menjadi tantangan. Kalau pola istirahat kacau, muncul keringat dingin saat lari. Jadi, kalau mau latihan,
dibenerin dulu pola hidupnya,’’ kata anak kedua di antara tiga bersaudara itu.
Intan juga membawa misi
khusus. Meski pernah lumpuh dan mengalami kondisi kritis, Intan tetap bersemangat memberikan dukungan bagi pejuang lainnya melalui media sosial. Tidak terbatas pada kanker, namun juga penyakit lain. ’’Hidup dengan dan setelah kanker itu sama saja. Kita tetap bisa melakukan apa pun, mengejar mimpi,hobi,sampaimewujudkan harapan yang kalian punya sebelum punya kanker,’’ kata perempuan kelahiran Padang, 25 Februari 1996, tersebut.
Intan menolak jika pejuang kanker itu diidentikkan dengan orang yang lemah dan menderita. Padahal, banyak pejuang kanker yang memiliki semangat seperti dirinya. ’’Apa pun yang kalian suka lakukan saja. Jangan jadikan kanker sebagai alasan untuk membatasi diri,’’ imbuh
Intan.