Pelaku Menghilang sebelum Menyerang
Kapolri Beri Aiptu Agus Kenaikan Pangkat Luar bisa
Awalnya sering berinteraksi dengan tetangga, tetapi kemudian menjadi lebih tertutup.
Anak pelaku hanya diperbolehkan bermain di dalam rumah. Padahal, sebelumnya sering main bareng anak seumurnya.
SURABAYA, Jawa Pos – Polisi terus mendalami kasus pembacokan terhadap Aiptu Agus Sumarsono, anggota Polsek Wonokromo, yang dilakukan Imam Musthofa pada Sabtu petang (17/8). Sebelum penyerangan, warga Sumenep itu diketahui sempat menghilang selama sepuluh hari. Dia baru muncul lagi dengan menyerang polsek.
Berdasar data yang didapat Jawa Pos, Imam sudah lima tahun tinggal di Sidosermo IV Gang 1 No 10 A. Namun, dia mendadak menghilang sejak sepuluh hari sebelum menyerang anggota Polsek Wonokromo. Selama itu, bapak tiga anak tersebut diketahui pergi ke Sumenep. Polisi masih menyelidiki lokasi yang dijadikan tempat jujukan pelaku
J
Imam berangkat sendirian ke Sumenep dengan menaiki bus. Istrinya, Fatimatuz Zahrah, tetap tinggal di kos-kosan di Sidosermo. Dia beraktivitas seperti biasa dengan berjualan sempol di sekolah yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya.
Polisi menduga, Imam pergi ke Sumenep untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan penyerangan. Senjata yang dibawa berupa celurit dan parang juga diduga dipersiapkan sejak dari Suemenep. Hal tersebut terlihat dari cara membawanya yang benar-benar dipersiapkan sedemikian rupa.
Seorang petugas yang menangani kasus itu menambahkan, selama ini Imam sering mendengarkan ceramah Aman Abdurahman, pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ceramah tersebut diikutinya di warung internet yang berada di Ketintang dan Ngagel.
Sumber yang namanya tidak mau disebutkan itu belum bisa memastikan apakah ponpes tempat Imam belajar agama terkait dengan gerakan radikal. Yang jelas, berdasar rekam jejak dan hasil pemeriksaan, Imam sudah lama berguru di ponpes tersebut. ”Itu nanti wilayahnya Densus yang lebih tahu,” jelasnya.
Sementara itu, tetangga kos pelaku sama sekali tidak menyangka bahwa Imam merupakan pelaku pembacokan polisi. ”Wonge apik. Tapi, memang dua tahun terakhir berubah,” ujar Yuli, tetangga kos Imam.
Dia mengatakan, perubahan itu cukup mencolok. Mulai gaya berpakaian hingga sosialisasi ke masyarakat. Menurut dia, Imam bukan warga baru di lingkungan tersebut. Dia telah tinggal lima tahun di kamar kos berukuran 3 x 4 meter itu.
Ainur Arif, ketua RT 3, RW 2, Sidosermo Gang 4, juga menyaksikan bahwa kelakuan Imam berubah. Apalagi sejak dua tahun terakhir. Arif mengatakan, perubahan itu semakin kentara ketika Imam rutin mengikuti pengajian di salah satu sekolah swasta di daerah tersebut. ”Dulu grapyak. Istrinya juga. Tapi, sejak dua tahun terakhir jarang kelihatan,” ungkapnya.
Nunung, istri Arif, juga melihat perubahan mencolok dari Fatimah. Bahkan, kata dia, Fatimah kini lebih tertutup meski terkadang menyapa. Dia mengatakan, selama ini Fatimah sering diundang pengajian, tetapi dia tidak pernah datang. Bahkan, lanjut Nunung, warga sering meminta anaknya untuk ikut posyandu, tapi Fatimah selalu menolak. ”Gak dibolehin suaminya. Sekarang pakai cadar.