Jawa Pos

Ditinggal Mudik, Kios Bensin Ludes Terbakar

- Kunjungan Doorto-Door Bantu Temukan Penderita

SURABAYA, Jawa Pos – Kobaran api muncul di sebuah kios bensin di Jalan Simpang Darmo Permai Utara, Dukuh Pakis, kemarin (18/8). Diduga, kebakaran dipicu korsleting listrik di dalam kios semiperman­en tersebut.

Kabid Operasiona­l Pemadam Kebakaran Surabaya Bambang Vistadi menyatakan, kios itu tidak beroperasi selama tiga hari. Sebab, Surip, pemilik kios, pulang ke kampung halamannya.

Api tiba-tiba muncul dan melalap bangunan di atas lahan milik PT Petrokimia tersebut. Karena material dan barangbara­ng di dalam kios mudah terbakar, api dengan cepat menghangus­kan bangunan 5 x 5 meter persegi itu.

Kebakaran tersebut diketahui pukul 02.23. Lima mobil pemadam dan lima unit tempur Walang Kadung lantas diterjunka­n ke lokasi. Saat menuju lokasi kejadian, unit Pos Pakis TVRI sempat terhalang portal perumahan. Mereka akhirnya mengambil jalan alternatif.

Pukul 02.47, api pokok berhasil dipadamkan. ’’Diduga korsleting listrik,” ujar Bambang.

Dia pun mengimbau warga agar memperhati­kan standar keamanan yang berkaitan dengan kelistrika­n. Baik jenis material, cara penggunaan, maupun perawatann­ya. Usahakan menggunaka­n material listrik yang sesuai standar nasional atau SNI.

Bambang juga menyaranka­n untuk tidak terlalu banyak menggunaka­n soket listrik yang bercabang-cabang. ”Pastikan komponen kelistrika­n diperiksa dan dibersihka­n secara berkala,” tuturnya.

Dia menambahka­n, komponen yang kotor atau ditempati serangga kerap memicu korsleting. ’’Banyak kemungkina­n. Yang jelas, harus waspada. Kebakaran juga bisa disebabkan oleh kita sendiri yang abai,” ucapnya.

SURABAYA, Jawa Pos – Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kelurahan Gunungsari semakin bertambah. Hal tersebut diungkapka­n Lurah Gunungsari Krisno Haribowo. Merujuk data puskesmas terpadu (pustu) Gunungsari, dia mengemukak­an bahwa pasien ODGJ tahun ini mencapai 21 orang dari total penduduk 16 ribu jiwa.

”Memang meningkat kalau dibanding tahun-tahun sebelumnya yang masih 3–5 orang,” ujarnya. Krisno menambahka­n, bertambahn­ya angka tersebut tidak terlepas dari kunjungan rumah (KR) yang digagas pustu dengan mengganden­g psikiater serta kader jiwa. Itu merupakan program inovasi untuk melakukan door-to-door ke rumah-rumah orang yang sebelumnya dilaporkan pihak RT/RW.

”Kalau ada RT/RW yang melaporkan warganya sakit jiwa, mereka mengunjung­i dan menindakla­njuti. Dari situ kemudian ada posyandu ODGJ setiap dua bulan sekali,” terangnya. Dalam praktik mengayomi orang-orang dengan gangguan mental tersebut, ada tantangan tersendiri. Salah satu kesulitann­ya adalah memantau pasien secara terus-menerus. Terutama ODGJ yang tidak memiliki keluarga. Alias hidup sebatang kara.

”Dibawa ke liponsos juga kadang kasihan. Biasanya kami titip ke tetangga kanan kiri. Paling nggak supaya bisa mengingatk­an untuk minum obat rutin,” imbuh Krisno. Pihaknya pun sepakat untuk tidak langsung membawa pasien ke liponsos. Selama pihak kelurahan bersama pustu dan kader jiwa masih sanggup untuk menangani. Apalagi belum tercatat ODGJ yang sampai dipasung keluargany­a.

Dia sendiri menuturkan bahwa kader jiwa tidak seperti kader posyandu. Mereka tidak diberi honor tetap sehingga kebanyakan melakoni tugas mulia itu sebagai dorongan hati nurani dengan penuh keikhlasan. ”Karena kader jiwa sifatnya memang inovasi. Tidak seperti kader posyandu yang ada anggaran honornya,” tandasnya. Sementara itu, penyebab gangguan jiwa di Gunungsari bervariasi.

Kasi Kesra Kecamatan Dukuh Pakis Maidah menuturkan, meski sudah terbentuk KR, pihaknya memang mengakui bahwa masih ada tugas dan pekerjaan rumah yang menanti. Misalnya, mematangka­n sekaligus merealisas­ikan rencana pembanguna­n tempat penampunga­n ODGJ. ”Rencananya satu kelurahan punya satu. Mereka yang ada gangguan jiwa bisa ditampung dan diberi bekal kegiatan skill di sana,” terangnya.

Kegiatan yang dimaksud Maidah lebih terfokus pada pelatihan keterampil­an yang bekerja sama dengan disnaker dan juga dinasdinas terkait. Dengan begitu, itu akan mengurangi beban ODGJ yang suntuk dalam kesendiria­n. ”Rencana pelatihan tersebut memang belum jalan. Itu semua perlu supaya mereka terhibur, nggak sepaneng. Orang kalau nggak punya aktivitas kan tambahngel­amun, sakitnya tambah parah. Nanti makin repot kalau kambuh harus dibawa ke Menur, padahal ada yang tidak punya keluarga,” paparnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia