Rumah Murah Sudah Susah
Penduduk Kota Delta semakin melimpah ruah. Jumlahnya telah mencapai sekitar 2,3 juta jiwa. Warga urban pun terus berdatangan. Perlu hunian yang layak.
SIDOARJO YANG SEMAKIN MEMIKAT SEBAGAI TEMPAT TINGGAL
POSISI Kabupaten Sidoarjo dinilai strategis dari sisi geografis. Upah pekerja pun tergolong tinggi. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Agoes Boedi Tjahjono menyebut Kota Delta ibarat magnet. Kuat menarik pendatang buat tempat tinggal maupun investor untuk menanamkan modal. Banyak yang bekerja di Surabaya, tetapi memilih tinggal di Sidoarjo. Alasannya, harga rumah di Sidoarjo masih terjangkau. ’’Di Surabaya, harga rumah sudah tinggi,’’ ucapnya.
Permintaan hunian di Kota Delta pun begitu tinggi. Terjadi ledakan jumlah perumahan. Pertumbuhan perumahan pernah mencapai 7 persen. Dari data Pemkab Sidoarjo, jumlah hunian kini mencapai 597 perumahan. Lokasinya tersebar di 15 kecamatan.
Namun, dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan perumahan mulai tersendat. Kendalanya, pengembang semakin sulit mencari lahan. Keterbatasan lahan berdampak lain. Pengembang sulit mendapatkan tanah dengan harga murah. Berikutnya, pembeli yang harus menanggung risikonya. Semakin susah mencari rumah murah. Boleh dikata, tidak ada lagi rumah murah.
Agoes mencontohkan, di wilayah perkotaan, harga rumah minimal Rp 500 jutaan. Di wilayah pinggiran, paling rendah Rp 350 jutaan. Sebagai solusi, Pemkab Sidoarjo mengeluarkan aturan baru. Yaitu, Perbup No 59 Tahun 2018.
Isinya mengatur batas minimal luas rumah di Sidoarjo. Semula, luas minimal 90 meter persegi. Dengan aturan baru tersebut, luas rumah sekarang boleh 72 meter persegi.
Menurut Agoes, pemkab sangat diuntungkan dengan pembangunan perumahan. Perkembangan kota semakin cepat. Pertumbuhan ekonomi terpacu. Ke depan pemkab sudah menyiapkan lahan perumahan di wilayah baru. Yakni, di Kecamatan Sukodono dan Tarik.
Di sisi lain, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) terus meningkat. Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Sidoarjo mencatat, hingga semester I 2019, ada 96 developer yang bekerja sama dengan BTN. ”Periode yang sama tahun lalu, jumlah pengembang 74,” kata Kepala Kredit Konsumer BTN Cabang Sidoarjo I Made Yogie Dharma Yusa. Realisasi penerimaan KPR melonjak. ”Naik 16 persen,” ujarnya.
Jenis KPR yang diterima adalah nonsubsidi. Untuk KPR bersubsidi, lanjut Yogie, di Sidoarjo tidak ada. Sebab, harga penjualan rumah tak lagi murah. Minimal, pembeli dapat menemukan nilai jual terendah mulai Rp 380 juta. ”Bisa ditemukan di daerah Tulangan, Wonoayu, dan Krian,” katanya. ”Syarat beli rumah KPR bersubsidi harus di bawah Rp 140 juta,” tambahnya.
Untuk membeli rumah, tidak hanya perlu persiapan materi, tetapi juga psikologis. Jadi, tidak membeli rumah berdasar harga murah. Fasilitas perumahan juga dipertimbangkan. Terutama fasilitas ramah anak.’’
Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia DPD Jatim