PKS Catat Nama Reni Astuti untuk Pilwali 2020
Nama-nama kandidat tersebut bakal digodok dalam penilaian internal partai. ’’Paling tidak ada dua nama lah untuk pertimbangan,’’ ujarnya.
Peluang figur dalam pilwali nanti terbuka lebar. Hasil survei Departemen Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyatakan bahwa 95 persen warga Surabaya belum punya jagoan di pilwali. Warga masih blank meskipun dalam kuesioner sudah ada 15 kandidat yang selama ini bermunculan.
Selain itu, hasil survei ITS menyimpulkan bahwa warga Surabaya lebih melihat figur calon wali kota. Partai koalisi pengusung tidak menjadi pertimbangan utama warga Surabaya.
Melihat kans tersebut, Sohibul meminta DPW PKS Jatim segera mengumpulkan nama-nama itu. Dengan begitu, persiapan PKS untuk menjalin koalisi dan pembentukan tim pemenangan bisa lebih matang. ’’Nanti tergantung DPW lah,’’ kata Sohibul, lalu menoleh ke arah Ketua DPW PKS Jatim Arief Hari Setiawan.
Arief mengaku siap menjalankan instruksi DPP. Namun, dia masih memerlukan waktu untuk menentukan siapa yang bakal dicalonkan. ’’Bukan keputusan saya sendiri. Itu harus dibahas bersama,’’ ujar mantan anggota DPRD Jatim itu.
Reni Astuti belum mau bicara banyak mengenai pernyataan presiden PKS tersebut. Sebab, dia belum mendengar pernyataan itu secara langsung dari Sohibul. ’’Yang saya dengar tadi arahan presiden PKS untuk terus konsisten membela kepentingan rakyat,’’ kata mantan anggota Komisi D DPRD Surabaya itu. Mungkin kelompok pengajiannya di sekolah dan ajarannya beda dengan warga sini,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, anaknya juga tidak boleh bermain dengan teman sebaya. Mereka selalu di dalam rumah. Karena itu, mereka tidak pernah mengikuti kegiatan atau bermain. ”Agustusan kemarin gak ikut apa-apa keluarganya,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, selama dua tahun terakhir, keluarga Imam alias Ali memang aktif ikut pengajian di dua tempat. Selain tempat sekolah swasta di daerah Sidosermo, dia aktif mengaji di sebuah masjid yang tidak jauh dari Mapolsek Wonokromo.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, Imam tergolong pelaku baru. Dia membentuk diri dengan self radicalism alias belajar secara mandiri. Itu dilakukan dengan cara belajar melalui internet. Selain lewat internet, Imam diduga intensif mengikuti kajian-kajian. Melalui proses itulah, kata Kapolri, timbul pemahaman dan interpretasi jihad yang radikal. ’’Dia datang ke Poslek Wonokromo untuk mencari sasaran,” paparnya.
Aksi tersebut dilakukan karena dalam pemahamannya, polisi dianggap sebagai thaghut. Polisi juga dianggap sebagai kafir harbi yang wajib diperangi. Pemahaman tersebut muncul karena selama ini polisi dianggap kerap melakukan penegakan hukum ke kelompok mereka. ’’Bagi mereka, penyerangan ke polisi itu bisa mendapat pahala,” ujarnya.
Kapolri sudah memerintah Densus 88 untuk serius menyisir kemungkinan adanya jaringan teroris yang terhubung dengan Imam. Semua jaringan yang dimiliki, imbuh Tito, harus ditangkap.
Terhadap korban Aiptu Agus Sumarsono, Kapolri meminta untuk dilakukan perawatan intensif di rumah sakit. Tito juga memerintah Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan untuk memberikan reward kepada Aiptu Agus Sumarsono. Ganjarannya berupa kenaikan pangkat luar biasa. Itu sebagai reward atas pengorbanan bintara tersebut.