Jawa Pos

Akal Sehat dalam Politik Karya Bamsoet

-

JAKARTA, Jawa Pos – Ketua DPR Bambang Soesatyo tetap meluangkan waktu untuk menulis buku. Kemarin (28/8)diameluncu­rkankaryay­angke-11 di Posko Bamsoet, Jalan HOS Cokroamino­to, Menteng, Jakarta Pusat.

Peluncuran buku berjudul Akal Sehat itu dihadiri Yudi Latif, Romo Benny Susetyo, dan politikus PDIP Maruarar Sirait. Bamsoet –panggilan akrab Bambang Soesatyo– mengatakan, bukunya terbit dalam momentum yang tepat. Pada Pemilu 2019, kata dia, bangsa Indonesia hampir pecah dan terbelah. ”Banyak orang pintar yang memproduks­i hoax sehingga kehilangan akal sehat,” terang dia.

Namun, menurut dia, ancaman perpecahan itu tidak terjadi. Bangsa Indonesia bisa kembali bersatu. Indonesia berhasil lulus dalam ujian berat pesta demokrasi. Hajatan pilpres sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu pelantikan anggota DPR dan presiden terpilih pada Oktober mendatang.

Mantan ketua komisi III itu mengatakan, harus dilakukan evaluasi terhadap pemilu serentak yang telah dilaksanak­an. ”Akal sehat kita ditantang, apakah mempertaha­nkan sistem itu atau mengubahny­a,” ungkap dia.

Pemilihan saat ini, baik pileg maupun pilkada, berbeda dengan sebelumnya. Saat ini tidak laku lagi menjual visi-misi dalam kampanye. Rakyat tidak bertanya tentang visi-misi. Mereka hanya melihat isi tas yang dibawa. Akhirnya yang terpilih adalah orangorang yang banyak uang, bukan mereka yang mempunyai idealisme. Kondisi itu tentu sangat memprihati­nkan.

Yudi Latif mengatakan, buku yang ditulis Bamsoet sangat menarik. Tulisan dalam karya itu langsung berbicara substansi. Menurut dia, esensi politik adalah akal sehat. Jadi, judul buku baru tersebut sudah tepat. Masalah politik selalu diselesaik­an melalui jalur nalar dan konsensus, bukan dengan adu otot dan fisik. ”Politik dijalankan dengan kecerdasan, akal sehat,” ungkapnya.

Namun, kata dia, yang terjadi sekarang berbeda. Politik hanya diisi dengan saling menghujat, mencaci, dan menyerang. Juga korupsi. Yudi mengatakan, politik seharusnya dijalankan dengan mutual trust. Tapi, yang terjadi sekarang adalah mutual distrust, tidak saling percaya. Saling curiga.

Sementara itu, Romo Benny mengatakan, politik adalah akal sehat. Jika kehilangan akal sehat, politik akan kehilangan orientasi. ”Politik akal sehat merupakan politik keadaban,” terangnya. Dia pun menantang agar politik akal sehat diterapkan di internal Partai Golkar. Menurut dia, jika mau mencapai politik akal sehat, Partai Golkar harus memilih pemimpin yang mempunyai karakter filsuf, bukan pedagang.

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS ?? KARYA KESEBELAS: Bambang Soesatyo (dua dari kiri), Yudi Latif (dua dari kanan), dan Romo Benny Susetyo (kanan) dalam peluncuran buku berjudul ”Akal Sehat” di Jalan HOS Cokroamino­to, Menteng, Jakarta, kemarin.
HENDRA EKA/JAWA POS KARYA KESEBELAS: Bambang Soesatyo (dua dari kiri), Yudi Latif (dua dari kanan), dan Romo Benny Susetyo (kanan) dalam peluncuran buku berjudul ”Akal Sehat” di Jalan HOS Cokroamino­to, Menteng, Jakarta, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia