Ada Program untuk PAUD sampai Lansia
Perpustakaan Rakyat Kelurahan Pagesangan bukan perpustakaan biasa. Tempat itu hidup dan berkontribusi bagi masyarakat. Tak heran, mereka meraih juara III Nugra Jasadharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Jawa Pos
LETAK Perpustakaan Rakyat Kelurahan Pagesangan cukup strategis. Berada di kompleks kelurahan di jalan yang cukup besar serta di pinggir SDN Pagesangan I/426. Orang dengan mudah mengakses perpustakaan dengan luas sekitar 110 meter persegi itu. Dinding luar temboknya persis di pinggir jalan sehingga orang yang melewati Jalan Pagesangan III dengan gampang mengenalinya
J
Namun, ini bukan soal letak yang strategis saja sehingga mudah diakses. Rasa memiliki perpustakaan tersebut bisa dibilang tinggi lantaran perpustakaan itu punya kontribusi untuk masyarakat. Yang mengelola juga ibu-ibu yang kebetulan pengurus PKK di kelurahan tersebut. Timbal balik itulah yang membuat perpustakaan tersebut hidup.
”Sebenarnya, program kami itu cuma Sambang Perpus,” ujar Ketua Pengelola Perpustakaan Rakyat Kelurahan Pagesangan Dewi Erawati. Nenek sebelas cucu tersebut berusia 57 tahun. Dia aktif sebagai ketua PKK di kelurahan itu. Saat berbincang dengan Jawa Pos Kamis (22/8), dia mengenakan baju batik biru seragam khas ibu-ibu PKK.
Sambang Perpus atau kunjungan perpustakaan itu punya jadwal rutin enam hari sepekan. Mereka tutup pada Minggu. Senin jadwal untuk anak-anak PAUD, Selasa bagi siswa SD, Rabu agenda khusus dengan lansia, Kamis kunjungan anak-anak TK, Jumat untuk siswa SMPN 55, serta Sabtu untuk kunjungan umum. ”Perpustakaan itu seharusnya tak seperti istana buku. Tapi, harus jadi ruang pembelajaran yang interaktif,” kata Dewi.
Misalnya, pada Kamis itu ada kunjungan dari anak-anak TK Putra Pertiwi yang lokasinya di utara perpustakaan tersebut. Anakanak yang mengenakan baju pink berlarian ke sana kemari. Berkejaran di antara rak buku yang tingginya hanya sedada orang dewasa. Ada pula yang naik ke atas panggung kecil yang tingginya tak sampai selutut orang dewasa.
Siti Julaikah, 36, petugas teknis perpustakaan tersebut, lantas memanggil semua anak untuk berkumpul. Anak-anak itu berangsur-angsur diam bak anak ayam yang mengerubungi induknya. Siti membacakan buku tentang binatang. Mulai bebek, sapi, hingga harimau.
”Perpustakaan tempatnya apa anak-anak?” tanya Siti. ”Tempatnya buku dan mainan,” ujar seorang anak. ”Iya. Perpustakaan itu gudangnya ilmu penge..ta.. huan,” timpal Siti diikuti anakanak. Dia membacakan buku sekitar 30 menit. Siti juga membawa boneka tangan harimau untuk lebih menarik minat anakanak. Sekitar 30 menit sesi tersebut berakhir dan bergantian dengan siswa yang lebih besar.
Sejak dini anak-anak itu dibuat akrab dengan perpustakaan. Selain alat permainan edukatif, tersedia ular tangga raksasa di perpustakaan tersebut. ”Kadang kalau anak-anak SD sudah waktunya pulang tapi belum dijemput, mereka menunggu ya di perpustakaan. Biar anakanak tidak lari-lari di jalan juga,” terang Siti.
Program Sambang Perpus itu berkembang ke mana-mana. Misalnya, para lansia yang biasanya berkumpul di balai kelurahan tiap Rabu. Jumlahnya bisa sampai 50 orang sekali kumpul. Pada saat itulah, buku-buku perpustakaan tersebut dibagikan untuk dibaca. Ada pula sesi untuk mendengarkan pembacaan buku dongeng.
”Para lansia itu senang. Ini sekaligus menjadi inspirasi bagi mereka untuk mendongeng ke cucu-cucunya,” ungkap Dewi. Ngobrol santai dengan Dewi siang itu perlu agak mengeraskan suara. Maklum, di perpustakaan tersebut sedang banyak anak.
Penghargaan sebagai juara III Nugra Jasadharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diterima pada 16 Agustus lalu di Jakarta. Penghargaan tersebut diberikan untuk klaster A perpustakaan desa atau kelurahan.