Jawa Pos

Latih Kepekaan Sosial lewat Reportase

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kegiatan belajar-mengajar sekolah seharusnya tidak melulu di dalam kelas. Siswa harus lebih banyak berinterak­si dengan masyarakat. Metode yang digunakan bisa berbagai macam. Salah satunya, melakukan reportase.

Hal tersebut dilakukan 50 siswa SMAK St Hendrikus di kampung Tambak Bayan, Alun-Alun Contong, Bubutan, kemarin (28/8). Para siswa dari kelas IPS dan IPA itu mewawancar­ai masyarakat sekitar. Mereka dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 7–8 siswa. Ada satu guru yang mendamping­i tiap kelompok.

Anggota kelompok berbagi tugas. Ada yang menjadi pewawancar­a. Juga ada kameramen. ”Ibu sudah berapa lama tinggal di sini? Pekerjaann­ya apa?” tanya Theresia Levi kepada warga bernama Liong Kem Oi. Liong menjawab sudah puluhan tahun. Dia menjawab tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga.

Levi dan kelompokny­a menggali informasi soal kehidupan masyarakat sekitar. Mulai pekerjaan, aktivitas sehari-hari, hingga tradisi yang masih dijaga. ”Tradisi apa Bu yang masih dipertahan­kan hingga sekarang?” tanyanya.

Liong menjawab Cheng Beng, Imlek, dan kesenian barongsai. ”Itu semua terus kami lestarikan. Karena itu, kampung ini juga disebut kampung Pecinan,” tutur perempuan yang tinggal di Jalan Tambak Bayan Nomor 37 tersebut. Setelah 20 menit berbincang­bincang, Levi dan kelompokny­a mengambil foto berlatar mural perpaduan naga dan kehidupan masyarakat Pecinan.

”Ini bagian dari belajar di lapangan,” kata guru sosiologi SMAK St Hendrikus Michael Andrew. Dia mengatakan, kegiatan tersebut memang baru pertama dilakukan. Sasarannya ialah menumbuhka­n kepekaan sosial pada siswa saat bersentuha­n dengan masyarakat. Di bagian lain, kemampuan reportase mereka juga makin terasah.

Andrew menjelaska­n, dari reportase kemarin, siswa mendapat insight baru. ”Banyak stereotipe kehidupan masyarakat Tionghoa pasti kaya. Padahal, ada yang berada di bawah garis kesejahter­aan,” ungkapnya. Andrew menemukan fakta bahwa mayoritas warga hanya berpenghas­ilan Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu sehari.

 ?? NUFUR DIFA HIDAYAT FOR JAWA POS ?? AKRAB: Theresia Levi (tiga dari kiri) bersama temanteman dari SMAK St Hendrikus mewawancar­ai Liong Kem Oi (empat dari kiri) di kampung Tambak Bayan kemarin (28/8).
NUFUR DIFA HIDAYAT FOR JAWA POS AKRAB: Theresia Levi (tiga dari kiri) bersama temanteman dari SMAK St Hendrikus mewawancar­ai Liong Kem Oi (empat dari kiri) di kampung Tambak Bayan kemarin (28/8).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia