Jawa Pos

Nelangsa karena Tersayat Kata-Kata Nakhoda

-

GUK Antonio pandai berpurapur­a. Jelas-jelas punya simpanan dan hendak menduakan Yuk Angelina. Masih saja dia basabasi. Mancing-mancing istri. Menjelang tidur, Guk Antonio sering bersenandu­ng. ”How can I tell you about her?” Potongan lagu yang syairnya diubah sendiri itu diulang-ulang. ”Aku sudah curiga,” kata Yuk Angelina. Perempuan 28 tahun itu lama-lama yakin suaminya memang punya simpanan. Waktu di rumah berkurang. Sering berada di luar.

Usianya memang sudah 35 tahun. Namun, Guk Antonio suka tampil trendi. Gayanya sporty. Baunya wangi. Seharihari pasangan suami-istri itu terlihat sibuk. ”Aku sibuk memikirkan anak dan suami. Suamiku sibuk memikirkan perempuan lain,” ungkap Yuk Angelina. Hatinya nelangsa.

Pada suatu malam yang pahit, dia terang-terangan bertanya. Mengapa akhir-akhir ini Guk Antonio sering tidak pulang. Di luar dugaan, suaminya menjawab tegas. ”Ya, aku jatuh cinta lagi.” Tentu saja, Yuk Angelina marah. Dia mencecar siapa pelakor yang mengincar bapak anak semata wayangnya itu.

Lagi-lagi, respons Guk Antonio begitu asam. ”Jangan salahkan dia. Dia bukan pelakor. Aku yang jatuh cinta.” Yuk Angelina makin murka. Dia tidak mengira suaminya hanyalah seorang lelaki kardus. Rapuh, mudah sobek, dan tidak tahan oleh setetes air.

”Ayo kita cerai,” ujar Yuk Angelina. ”Lho... aaayo!!!” balas Guk Antonio. ”It’s time to say good bye,” ucapnya ringan.

Batin Yuk Angelina tambah tersiksa. ”Mencintai orang yang justru mencintai orang lain itu memang menyakiti diri sendiri,” tuturnya. Lebih-lebih saat Guk Antonio justru lebih dulu menggugat cerai ke pengadilan agama. Remuk redam rasanya. ”Tapi, karma tidak akan salah alamat,” keluh Yuk Angelina.

Saat menunggu sidang cerai di pengadilan agama, Guk Antonio juga terang-terangan membawa perempuan ”simpananny­a”. Rambutnya panjang. Kausnya ketat. Dia menggelayu­t manja kepada Guk Antonio. Namanya Yuk Katerin.

Pernah emosi Yuk Anggelina terbakar. Baru mulai sidang cerai, mereka seolah-olah sudah menjadi pasangan resmi. Sampai ribut di pengadilan. Yuk Angelina memutuskan tidak menghadiri sidang. Tak kuat hati tersayat. Hanya diwakili pengacara.

Guk Antonio tak peduli lagi. Saat ditanya hakim, dia enteng menjawab, ”Pilih yang baru ini saja, Pak.” Matanya melirik Yuk Katerin. Alasannya, perempuan itu juga bekerja. Punya penghasila­n sendiri.

Bagi Yuk Katerin, Guk Antonio, tak lain, adalah duren sawit: duda keren sarang duit. Wajahnya ganteng. Masih gagah dan banyak uang.

Meski perceraian belum diputus, mereka sudah tinggal bersama. Sekarang masih sidang pembuktian. ”Putusan akhir belum disampaika­n hakim,” kata Mansur, pengacara Guk Antonio, di Pengadilan Agama (PA) Sidoarjo.

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia