Pulang Kantor Nangis, kalau Libur Bengong
TEKANAN pekerjaan membuat Rafika Yosaria Indah mengalami job burnout
syndrome. Dia menjadi seseorang yang mudah sekali marah sampai antisosial. Dia merasakan perubahan itu setelah gagal memenuhi tuntutan pekerjaan yang diberikan atasan.
”Aku sampai merasa salah ngambil
keputusan buat kerja ini. Padahal, dulu awal-awal keterima seneng banget dan
bener-bener semangat,” cerita perempuan yang bekerja sebagai copywriter
itu saat ditemui kemarin (28/8).
Fika, panggilan akrabnya, mengaku tertekan karena sang bos kerap membanding-bandingkan pekerjaannya dengan rekannya yang sudah senior. Ditambah lagi, dia sering mendapat pekerjaan di luar job description. ”Bukannya enggak mau belajar. Tapi, aku kayak awam banget sama yang bos minta,” terangnya.
Tanda-tanda dirinya mengalami burnout mulai muncul saat memasuki bulan ketiga bekerja. Perempuan 23 tahun itu sering sekali menangis. Bahkan dalam seminggu, minimal tiga hari dia menangis dalam perjalanan pulang dari kantor.
”Soalnya, jalanan kan sepi. Kalau enggak gitu, rame banget. Jadi, nangisnya bisa los gitu tanpa didengar orang,” ceritanya, lantas tertawa mengingat kejadian tersebut. Selain itu, dia mengaku sering merasa linglung.
Saat hari libur, Fika lebih sering menghabiskan waktu di rumah dan berbaring seharian di Kasur. ”Dan anehnya itu aku enggak pegang HP loh. Bener-bener yang enggak ngapa-ngapain. Cuma bengong gitu,” sambungnya.
Untungnya, Fika merasa ada yang salah dengan dirinya. Setelah browsing, dia mendapati yang dirasakan selama ini adalah burnout. Dia pun mencari sesuatu untuk menyalakan kembali semangatnya.
Mendengarkan video stand-up comedy milik Raditya Dika, salah seorang komika favoritnya, ternyata membantu. ”Mungkin banyak orang yang kerja dengan komputer sambil dengerin lagu ya. Tapi, pas itu lagu-lagu favoritku aja enggak mempan buat balikin mood,” jelasnya. Karena harus disambi bekerja, dia tidak bisa menonton video. Jadi, dia hanya mendengarkan ocehan si Radit.
Dari usahanya itu, dia mengaku bukan hanya mood yang berubah. Tapi, dia juga langsung mendapatkan banyak ide. ”Enggak tahu ya. Rasanya otak langsung encer pas itu,” tuturnya. Ide-ide segar yang sebenarnya dia dapat dari omongan Radit yang random ternyata bisa menginspirasinya.
”Di sini terus aku jadi mikir. Hanya karena burnout, sebenarnya jalan keluarnya bukan melulu resign. Aku jadi berpikir kembali ke awal,” jelasnya. Misalnya, apa tujuan mengambil pekerjaan tersebut. ”Jadi, aku harus bisa mengatasinya dengan cara yang baru,” ungkapnya.