Tekanan Kerja Picu Burnout
Jika Dibiarkan, Bisa Berujung Depresi
SURABAYA, Jawa Pos – Tekanan pekerjaan yang terlalu berat bisa menimbulkan kondisi burnout. Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa RSUD dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ (K), burnout adalah kondisi seseorang merasa kelelahan yang berlebih hingga mengakibatkan hilangnya gairah bekerja.
”Tekanan itu bisa muncul dari dalam dan luar diri,” katanya. Salah satu tekanan dari dalam diri adalah rasa perfeksionis. ”Biasanya di dalam diri ada tuntutan untuk selalu baik pekerjaannya. Bisa juga karena adanya tantangan yang terlalu tinggi yang ingin dihadapi seseorang,” kata Yunias.
Sementara itu, pemicu burnout dari eksternal adalah tuntutan orang lain. Misalnya, atasan kerja yang memberikan desakan kepada karyawannya. ”Bisa berupa atasan yang terlalu berat memberikan beban pekerjaan,” kata Yunias. Atau dapat juga karena kurang jelasnya hak dan tanggung jawab kerja, konflik peran, dan kurangnya reward yang diperoleh. Di lingkungan rumah tangga juga bisa terjadi
burnout. Misalnya, kelelahan yang terjadi pada ibu karena beban merawat anak dan mengurus pekerjaan rumah.
Burnout pada seseorang, kata Yunias, dapat berupa kelelahan fisik maupun mental yang biasanya terjadi terusmenerus. Lebih dari dua minggu. Hal itu mengakibatkan sulitnya berpikir jernih dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Di RSUD hampir tiga hari sekali ada pasien dengan masalah burnout. Kebanyakan usia produktif, yakni 20–40 tahun.
Bentuk burnout yang lain adalah tidak adanya koneksi secara emosional dengan rekan kerja. Dengan demikian, seseorang cenderung menarik dan tidak bersosialisasi dengan rekan kerja yang lain. ”Jika sudah terlalu parah burnout-nya, bisa terjadi hilangnya kepercayaan diri dalam bekerja sehingga tidak efektif dalam melakukan suatu pekerjaan,” kata Yunias.
Dia menyarankan, apabila sudah muncul gejala burnout, sebaiknya seseorang melakukan terapi perilaku kognitif. ”Perlu diidentifikasi burnout-nya itu karena apa,” katanya. Jika kondisi tersebut terjadi karena tuntutan pekerjaan yang banyak, kemampuan diri sendiri perlu diukur. Jangan ragu meminta atasan untuk meringankan pekerjaan. ”Atau bisa berdiskusi meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan bersama,” lanjutnya.
Kondisi relaks dibutuhkan ketika muncul burnout. Apabila sudah penat dengan pekerjaan, Yunias menganjurkan untuk beristirahat. Bisa juga dengan mengambil cuti kerja. Jika sudah begitu, diharapkan pikiran bisa fresh kembali. ”Seseorang juga perlu membuat skala prioritas. Pekerjaan terpenting didahulukan,” sarannya.
Apabila hal tersebut tetap tidak mengubah keadaan diri, seseorang perlu berkonsultasi dengan psikolog. ”Psikolog nanti yang menentukan seseorang itu butuh terapi pengobatan atau tidak,” pungkasnya.