Jokowi Janji Temui Tokoh-Tokoh Papua
Disusupi Provokator, Demo di Jayapura Berakhir Rusuh Mapolsek Dibakar, Lapas Dijebol
JAKARTA, Jawa Pos – Upaya persuasif yang dilakukan pemerintah selama ini belum berhasil meredam kerusuhan di Papua. Kemarin massa kembali mengamuk di Jayapura. Mereka membakar beberapa gedung dan kendaraan.
Beberapa gedung yang dibakar, antara lain, Mapolsek Jayapura Selatan, kantor Majelis Rakyat Papua (MRP), kantor Telkomsel, dan pertokoan PTC. Sejumlah mobil yang parkir di jalanan juga dihanguskan J
Lapas Abepura juga dibakar dan dijebol hingga beberapa tahanan dikabarkan kabur. Kerusuhan tersebut membuat jalur komunikasi terputus. Hingga sekitar pukul 21.00 tadi malam, Jawa Pos belum berhasil menghubungi jaringan tim peliput dari Cenderawasih Pos.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan, aparat keamanan dan para tokoh masyarakat terus berusaha mendinginkan situasi di Jayapura. ”Memang ada hambatan komunikasi. Sebagian jaringan komunikasi terputus,” katanya. Berdasar laporan yang masuk ke Mabes Polri, massa awalnya bergerak dari Sentani. Mereka kemudian menuju Jayapura. Polanya mirip dengan kerusuhan sebelumnya. Aksi damai massa mendadak disusupi sekelompok provokator. ”Ada settingan untuk memprovokasi,” tuturnya. Hingga kemarin, belum ada laporan korban jiwa. ”Yang ada laporan properti atas fasilitas publik yang dirusak,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat Papua untuk tenang dan tidak melakukan tindakan anarkistis. Apalagi sampai merusak fasilitas umum. ”Karena kita semua rugi apabila ada fasilitas umum, publik, fasilitas masyarakat yang kita bangun menjadi rusak atau dirusak,” ujarnya di Purworejo, Jawa Tengah, tadi malam.
Presiden menyatakan bahwa dirinya sudah meminta aparat keamanan untuk menindak tegas siapa pun yang melanggar hukum, bertindak anarki, atau melakukan perilaku rasis.
Di saat bersamaan, pemerintah terus berupaya dan berkomitmen untuk memajukan Papua. Baik di bidang fisik maupun sumber daya manusia (SDM). ”Agar kita semuanya, khususnya mamamama, pace, mace, anak-anak Papua, bisa lebih maju dan sejahtera,” imbuhnya.
Presiden juga menuturkan, dirinya akan berkomunikasi dengan para tokoh suku, agama, adat, dan pemuda Papua. ”Sebenarnya minggu ini kita akan bertemu, kita rencanakan. Tapi belum memungkinkan sehingga akan kita lakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya,” tuturnya.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan, dirinya bersama panglima TNI telah bertemu dengan tokohtokoh masyarakat Papua. ”Dalam pertemuan itu muncul permintaan untuk menangani kasus di Surabaya dengan tegas,” tuturnya. Kasus yang dimaksud itu adalah aksi sekelompok orang di asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada Sabtu (17/8). Saat itu beberapa orang meneriakkan kata-kata rasis kepada mahasiswa Papua yang berada di dalam asrama.
”Apa yang terjadi di Surabaya itu ulah oknum, sama sekali tidak mewakili masyarakat,” jelasnya.
Meski demikian, dia juga meminta agar mahasiswa Papua memahami kultur dan budaya tempat merantau. Mereka harus berbaur dengan warga setempat. Tidak boleh hidup eksklusif. ”Adikadik dari Papua dijamin keamanannya, tapi juga harus menghargai masyarakat lokal,” tegasnya.
Pada bagian lain, Menko Polhukam Wiranto menilai, aksi-aksi lanjutan yang berujung rusuh di Papua menunjukkan bahwa demonstrasi tidak lagi murni. Pihaknya yakin ada pihak tertentu yang dengan sengaja menunggangi sehingga pergolakan terus terjadi. Terlebih, demonstrasi yang dilakukan sudah mengarah pada tindakan anarki seperti merusak dan membakar kantor, pasar, dan fasilitas-fasilitas publik.
”Jangan sampai ditunggangi pihak lain yang merugikan masyarakat Papua,” ujarnya.
Di sisi lain, aparat keamanan diinstruksikan untuk tidak berlaku represif di Papua. Aparat diminta untuk melakukan pendekatan persuasif. Bahkan, senjata dengan peluru tajam tidak boleh digunakan. Namun, kata Wiranto, upaya tersebut dimanfaatkan pendemo atau pendompleng untuk mencelakai aparat keamanan. Akibatnya, jatuh korban jiwa dari aparat dan masyarakat Papua. ”Ada anggota yang dipanah atau diparang. Itu sangat tidak manusiawi. Saya yakin itu bukan bagian dari pendemo,” katanya.
Salah satu tuntutan para demonstran adalah referendum. Menurut Wiranto, permintaan tersebut tidak berdasar dan aneh. Sebab, wilayah Papua dan Papua Barat sejak lama menjadi bagian dari NKRI. ”Papua bagian dari NKRI itu final,” tegasnya.
Jaringan Telkomsel Down Sebagian besar akses telekomunikasi di Papua lumpuh kemarin sore (29/8). Setelah layanan internet diblokir secara penuh sejak 21 Agustus lalu, kemarin layanan telepon dan SMS juga down.
Kemenkominfo membantah anggapan bahwa pihaknya memblokir saluran telepon dan SMS. Menurut Plt Kabiro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu, memang terjadi kerusakan di jaringan telepon.
”Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Telkom dan Telkomsel. Menurut info, sepertiga jaringan mereka di Papua dan Papua Barat lumpuh,” katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Pria yang akrab disapa Nando itu menuturkan, sangat mungkin sebagian jaringan kabel terbakar. Akibatnya, layanan telepon dan SMS mati. Nando mengatakan, yang memiliki kerabat di Papua bisa menghubungi mereka lewat jaringan operator lain. ”Indosat sampai saat ini masih aktif. Kami masih mau menghubungi XL juga,” terang dia.
Terkait dengan aksi demonstrasi di Jayapura kemarin, Vice President Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin mengonfirmasi bahwa layanan telepon dan SMS Telkomsel di Papua mengalami gangguan.
Selain itu, Grapari Jayapura untuk sementara tidak beroperasi hingga waktu yang belum ditentukan. ”Kami sedang mengusahakan percepatan solusi perbaikan. Kami juga terus berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait agar layanan telepon dan SMS Telkomsel bisa normal,” ujar Denny saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.
Mengenai informasi kebakaran gedung layanan Telkom Group di Jayapura, Denny mengungkapkan bahwa pihaknya sedang menginventarisasi kondisi di area itu. Dia menjelaskan, Telkomsel terus memantau kondisi di lapangan dan berkoordinasi dengan pemda serta pihak keamanan setempat. ”Kami ingin memastikan keselamatan seluruh karyawan serta fasilitas, termasuk alat produksi telekomunikasi tetap dalam keadaan aman,” ucap dia.
Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo membenarkan bahwa gedung pelayanan pelanggan Telkom Group di Koti terbakar. Namun, tingkat kerusakan belum dipastikan karena keadaan belum memungkinkan. ”Telkom telah mengaktifkan crisis center tingkat nasional di Jakarta dan regional di Makassar yang memantau kondisi infrastruktur dan layanan selama 24 jam,” jelas Arif.