Kurangi Biaya Listrik dari PLTS Atap
Ramah Lingkungan dan Hemat Energi
JAKARTA, Jawa Pos – Pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat. Kenaikan yang tertahan itu disebabkan perang dagang yang tak kunjung usai antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Pemerintah bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 5,08 persen atau di bawah outlook APBN 2019 yang 5,2 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, faktor ketidakpastian global kian terasa. ’’Dari berbagai lembaga memang merevisi ke bawah untuk (pertumbuhan ekonomi) global maupun masing-masing negara,’’ katanya saat rapat bersama Komisi XI DPR kemarin (29/8). Untuk itu, dorongan dari ekonomi domestik harus terus digenjot agar pertumbuhan ekonomi pada semester II ini lebih pesat.
Sumbernya berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi. Setidaknya, jika tiga sumber tersebut tumbuh dengan baik, hal itu bisa mengompensasi perlambatan pertumbuhan ekspor dan efek domino yang dirasakan industri dalam negeri akibat turunnya permintaan global.
Sebelumnya, pemerintah Tiongkok berencana mengirimkan utusannya ke Washington DC Nilai tukar rupiah
- Kemiskinan - Gini ratio - IPM Suku bunga SPN 3 bulan Inflasi
TARGET PEMBANGUNAN 2020
- Tingkat 4,8–5,1%
pengangguran
8,5–9,0% 0,375–0,380 72,51 bulan depan untuk berunding dengan pemerintah AS. Tiongkok telah menawarkan AS agar menghentikan perang dagang yang terjadi sejak tahun lalu itu.
Di sisi lain, balas-membalas kenaikan tarif bea masuk juga terus berlanjut. Belum lagi, Presiden AS Donald Trump memerintahkan perusahaan-perusahaan AS di Tiongkok agar melakukan relokasi ke negara lain. Hingga saat ini, tiap-tiap pemerintah di dua negara tersebut belum mencabut ancaman kenaikan tarif baru kepada negara rivalnya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menambahkan, meski ekonomi global diramal tumbuh melambat, keadaan dalam negeri masih baik. Dia yakin tingkat kemiskinan yang pada Maret lalu tercatat 9,4 persen bisa turun hingga menjadi 8,7 persen tahun depan. Namun, jika angka kemiskinan ingin ditekan hingga di bawah level 7,5 persen, memang agak sulit.
Sementara itu, mulai 1 Oktober 2019, turis asing yang datang ke Indonesia bisa meminta pengembalian pajak pertambahan nilai (PPN). Syaratnya, nilai belanjanya minimal Rp 500 ribu per struk. Nilai belanja tersebut dapat diakumulasikan dari struk belanja di lebih dari satu toko yang berpartisipasi dalam skema Value Added Tax (VAT) Refund for Tourists.
Untuk dapat diperhitungkan dalam total akumulasi nilai belanja itu, nilai pemungutan PPN dalam struk belanja dari satu toko minimal Rp 50 ribu. Pada ketentuan yang berlaku sebelumnya, pengembalian PPN hanya dapat dilakukan jika nilai PPN pada setiap struk belanja tercantum pada tanggal yang sama dan nilainya Rp 500 ribu.
’’Dengan kata lain, pada ketentuan sebelumnya, turis asing hanya dapat meminta pengembalian PPN atas pembelanjaan barang dengan nilai minimal Rp 5 juta per struk dari satu toko,’’ kata Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Hestu Yoga Saksama.
PENINGKATAN suhu bumi dan permukaan air laut merupakan hal serius di masa depan. Hal itu terjadi disebabkan oleh penggunaan energi konvensional yang meluapkan banyak karbon dioksida.
Oleh karena itu dalam Ruang Ide di Ruang Semanggi lantai 5 Graha Pena, Surabaya kemarin (28/9) diadakan diskusi mengenai energi baru dan terbarukan dengan tema Mantap Beratap Energi Baru. Acara tersebut menghadirkan empat pembicara di antaranya Kasubdit Persiapan Program Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Tony Susandy, Mantan Board of Member Renewable Energy Association Belanda Martijn Schootstra, Direktur Utomodeck Anthony Utomo, dan Direktur Teknologi Xurya N. Edwin Widjonarko.
Sebagai pembicara pertama dan sekaligus memantik diskusi, Tony Susandy memberikan gambaran besar potensi energi terbarukan yang ada di Indonesia seperti panas bumi, air, angin, laut, dan tenaga surya. ’’Dari hal itu semua justru dapat memberikan bauran energi yang tidak melulu melalui batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun yang digunakan dari potensi itu hanya 2,1 persen,” ujar Tony.
Padahal energi terbarukan merupakan salah satu cara untuk tidak bergantung pada energi fosil yang dapat habis. Panas matahari digadang-gadang menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi.
Menurut peneliti energi terbarukan Martijn Schootsra, Indonesia merupakan wilayah ideal untuk menyerap tenaga surya dengan maksimal. Posisi yang tepat di atas khatulistiwa merupakan berkah untuk pemanfaatan dan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Penggunaan PLTS justru memiliki banyak keuntungan yang bisa didapat. Selain ramah lingkungan, dapat menghemat pengeluaran biaya listrik. Hal itu sangat baik untuk hunian perumahan, daerah industri, dan perkantoran.
PLTS tersebut bisa dipasangkan di atap rumah, pabrik, cold storage, atau gedung untuk menyerap panas dari matahari. ”Saat ini atap rumah telah bertransformasi. Dulu hanya menahan terik dan hujan, sekarang bisa untuk menciptakan listrik sendiri,” ujar Anthony Utomo.
Rata-rata potensi panas matahari bisa ditangkap sebesar 4,8 kwh per meter persegi dengan PLTS. Kemudian, dikonversikan dengan luasan atap. Tentu hal tersebut akan menghemat pembiayaan listrik.
Saat ini tren penggunaan PLTS pun meningkat. Menurut Tony, mulai Januari hingga Juni lalu total penggunaan meningkat dua kali lipat. Hal itu disambut positif oleh pihak Utomodeck.
Utomodeck sebagai produsen atap berbagai proyek nasional antara lain MRT, LRT Palembang, LRT Jakarta, berbagai bandar udara nasional, dan Istora Papua, saat ini berpartisipasi dalam program atap surya pemerintah. Oleh karena itu Utomodeck terus menciptakan inovasi-inovasi menarik. Seperti halnya taksi online dan sewa properti daring, sistem sewa PLTS juga bisa diterapkan untuk membuat masyarakat menggunakan tenaga surya.
Edwin Widjonarko pun menambahkan bahwa pemasangan PLTS dapat meningkatkan nilai properti. Sebab, dengan nuansa go green memberikan kesan bahwa bangunan itu dapat memberikan nilai lebih di masa depan.
Sebanyak 100 peserta diskusi yang hadir juga setuju dengan pengembangan PLTS yang dipasang pada atap tersebut. Hanya saja diharapkan ada regulasi yang dapat memberikan insentif kepada para masyarakat untuk beralih pada penggunaan PLTS atap.