Cabor Dipangkas, KONI Jatim Hentikan Puslatda
JAKARTA, Jawa Pos – Persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 Papua memasuki babak baru. Tuan rumah Papua bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga serta KONI pusat terus mengadakan rasionalisasi jumlah cabor yang akan dipertandingkan. Dipastikan, jumlah cabang olahraga (cabor) menyusut, menjadi 28 hingga 37 dari rencana semula 47 cabor.
Keputusan itu merujuk arahan presiden dalam rapat kabinet terbatas awal pekan ini. Kendati demikian, Sekretaris Menpora Gatot S. Dewa Broto belum dapat memastikan cabor apa saja yang terkena pengurangan tersebut. Yang jelas, keputusan berada di bawah kendali Papua.
Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan. Pertama, nomor pertandingan tiap-tiap cabor. Kemudian, cabor Olimpiade atau non-Olimpiade dan cabor mana saja yang telah melaksanakan babak kualifikasi PON. Persoalan krusial lain menyangkut venue yang telah tersedia. ”Terakhir, sebagai tuan rumah, pasti ingin meraih emas sebanyak-banyaknya. Jadi, cabor unggulan mereka apa saja. Nah, di sana ada kolom (faktor pertimbangan, Red) untuk Papua,” papar Gatot.
Kemenpora telah mengadakan rapat khusus untuk membahas cabor PON. Hasilnya telah diserahkan kepada Plt Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Papua Alexander K.Y. Kapisa kemarin (29/8). Gatot berharap pengambilan keputusan oleh Papua tidak semata-mata didasari faktor teknis.
Paling lambat, Senin (2/9) tuan rumah sudah harus memberikan kepastian supaya Kemenpora dapat melanjutkan laporan kepada presiden. Rasionalisasi cabor itu hanya berdampak pada tiga klaster yang nanti digunakan sebagai tempat penyelenggaraan, yaitu Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, dan Timika. ”Kebijakan publik tak mungkin bisa memuaskan semua pihak. Kami mohon kelegawaan,” lanjutnya.
Kemarin beredar daftar sepuluh cabor yang berpotensi dihilangkan. Yaitu, bermotor, bridge, catur, kriket, dansa, gateball, petanque, selam (kolam dan laut), ski air, dan woodball. Namun, Kemenpora enggan memberikan kepastian soal cabor itu. Menurut dia, itu adalah draf sementara yang diajukan oleh KONI pusat.
Di sisi lain, KONI Jatim sebagai peserta PON menyayangkan pengurangan jumlah cabor. Bagaimanapun, pembinaan di tingkat daerah sudah berjalan sekitar tiga tahun. Biaya pun telah banyak dikeluarkan. Ditambah, sekitar 31 peluang emas terancam hilang jika benar cabor-cabor itu dieliminasi.Lalu, bagaimana nasib para atlet yang sudah menjalani puslatda? ”Ya berhenti dong, otomatis itu. Kalau nggak ada di PON, ya sudah, otomatis puslatda hilang,” ucap Wakil Ketua II KONI Jatim M. Nabil.