Dicoret, Regenerasi Bisa Terputus
Pemangkasan Cabor di PON XX Bikin Resah
JAKARTA, Jawa Pos – Wacana rasionalisasi (baca: pengurangan) jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional XX/2020 Papua menimbulkan kepanikan. Bukan hanya atlet yang harapharap cemas. Induk cabang olahraga pun khawatir kebijakan tersebut bakal berdampak luas bagi pembinaan olahraga nasional. Meski belum resmi, kemarin beredar surat dari KONI Provinsi Papua terkait perubahan jumlah cabor PON 2020. Total ada 15 cabor yang bakal dipangkas. Tiga di antaranya merupakan cabor Olimpiade. Yakni, balap sepeda (MTB dan BMX), polo air, serta bola tangan. Sementara itu, enam lainnya merupakan cabor yang dipertandingkan di Asian Games. Sebut saja wushu, catur, bridge, dan sepak takraw.
Padahal, seharusnya pembinaan olahraga nasional berorientasi pada multievent
internasional. Cabor-cabor Olimpiade dan Asian Games wajib jadi prioritas. Apalagi, cabor-cabor tersebut sudah siap menggeber PON. Bahkan, ada yang sudah menggelar Pra-PON alias kualifikasi.
’’Saya nggak tahu cara pengambilan keputusan gimana. Kami sudah bikin Pra-PON, atlet-atlet sudah disiapkan, kok tiba-tiba ngaku nggak siap,’’ ujar Raja Sapta Oktohari, ketua umum PB ISSI, kemarin (30/8). ’’Aneh banget. Emang mereka (Papua dan pemerintah, Red) nggak
punya mekanisme atau bagaimana,’’ tambahnya berapi-api.
Selama ini, ungkap Okto, cabor tidak disertakan dalam diskusi terkait pemangkasan jumlah cabor. Diskusi hanya dilakukan antara PB PON, Kemenpora, dan KONI Pusat. ’’Makanya saya bilang ngawur. Di situ yang saya nggak ngerti. SEA Games dan Asian Games kami (tim balap sepeda, Red) berprestasi, Olimpiade juga lolos kualifikasi. Saya sangat kecewa,’’ papar Okto.
Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E. Rahardjo memilih menunggu kepastian. Dari cabor akuatik, polo air terancam tidak dipertandingkan. ’’Kami berharap tetap dipertandingkan. Kami mengerti ada keterbatasan venue, tetapi PRSI akan duduk bersama KONI Pusat untuk memberikan masukan dan mencari solusi agar polo air tetap ada,’’ tutur Harlin ketika dihubungi kemarin.
Imbas jangka pendek dari pemangkasan cabor PON sudah jelas. Puslatda di daerah akan dihentikan. Padahal, pemusatan latihan cabor-cabor tersebut tidak berhenti sejak PON XIX/2016 Jabar. Artinya, pembinaan akan terputus. Padahal, atletatlet dari berbagai daerah merupakan calon-calon penghuni pelatnas SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Tanpa dukungan dana dari pemerintah daerah, cabor sulit melakukan pembibitan dan pembinaan atlet. ’’Berarti ada satu generasi yang hilang. Atlet-atlet muda nggak akan muncul. Padahal kami inginnya ada regenerasi untuk timnas. Kami ingin di PON itu bisa melihat bibitbibit potensial untuk masuk ke pelatnas,’’ papar Harlin.
Sementara itu, meski masih gonjangganjing, kubu PB PSAWI (induk olahraga ski air dan wakeboard) sudah siap-siap kecewa. ’’Jelas pemangkasan ini bakal merusak. Seluruh pengurus daerah resah, kami yang harus bertanggung jawab,’’ ata Kabidbinpres PB PSAWI Nasir Kadir.