Nyalakan Solidaritas Cegah Bunuh Diri
SURABAYA, Jawa Pos – Setiap 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Pada Selasa malam (10/9) lebih dari 450 orang melakukan aksi solidaritas untuk mendukung pencegahan bunuh diri di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Mereka memulai aksi dengan membentuk lingkaran. Peserta berasal dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu. Antara lain, psikiatri, farmasi, komunitas, mahasiswa, dan penyintas bunuh diri. Mereka berdiri sembari menyalakan lilin. ’’Lilin tersebut melambangkan penyintas bunuh diri masih memiliki pelita dan harapan. Masih ada orang lain yang bisa membantunya,’’ kata Wakil Dekan FK Unair Prof Dr dr David S. Perdanakusuma SpBPRE (K) dalam sambutannya.
Seorang penyintas bunuh diri, Tri Wahyudi, memecah keheningan dengan membacakan puisi. Melalui puisi yang berjudul Jangan Berhenti, Teruslah Berjalan itu, dia ingin para penyintas bunuh diri tidak lagi berniat mengakhiri hidup mereka. ’’Lepaskan rantai belenggu itu, lanjutkan melangkah. Jangan mengakhirinya sekarang selagi masih ada cahaya,’’ ucapnya di akhir puisi.
Secara umum, aksi tersebut menunjukkan solidaritas masyarakat umum kepada penyintas bunuh diri. ’’Selama ini banyak orang yang memberi stigma negatif pada para penyintas bunuh diri. Banyak di antara mereka yang malah dikucilkan. Padahal, bunuh diri ini menjadi kegawatan medis,’’ tutur The Indonesian National of International Association for Suicide Prevention (IASP) dr Nalini Muhdi SpKJ (K). Menurut dia, masyarakat kurang aware dengan situasi penyintas bunuh diri.
’’Mereka (penyintas bunuh diri, Red) perlu ditolong untuk mengurangi penderitaan. Kita pun bisa mencegah terjadinya bunuh diri karena pada kenyataannya bunuh diri memiliki tanda peringatan,’’ ungkapnya. Pencegahan itu perlu dilakukan mengingat World Health Organization (WHO) meramalkan terjadi ledakan depresi di Indonesia pada 2020.