Mahasiswa Tewas Diduga Diterjang Peluru
PERJUANGAN mahasiswa untuk membatalkan revisi UU KPK, KUHP, dan RUU kontroversial lain diwarnai duka mendalam. Kemarin seorang mahasiswa peserta unjuk rasa di Kota Kendari meninggal dunia. Dada kanannya berlubang diduga karena diterjang peluru. Korban bernama Randi, 21, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo (UHO). Selain Randi, satu orang lagi dalam kondisi kritis, diduga akibat pukulan benda tumpul di kepala
Dia adalah Laode Yusuf Kardawi, 19, mahasiswa teknik sipil UHO. Hingga kemarin, belum jelas siapa pelaku biadab tersebut.
Menurut Kendari Pos, kemarin puluhan ribu mahasiswa berunjuk rasa ke kantor DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra). Orasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi terdengar bergantian secara teratur.
Sekitar pukul 16.30 Wita, pasukan TNI berhasil menenangkan massa. Namun, itu tak berlangsung lama. Sebab, mendadak ada lemparan batu. Mahasiswa lain pun terpancing. Para personel kepolisian yang beristirahat langsung mengenakan helm serta perisai untuk melindungi diri. Tembakan gas air mata kembali dilesakkan hingga massa aksi kembali berhamburan.
Di tengah kerusuhan itulah, beredar kabar tentang meninggalnya Randi. Kendari Pos melaporkan, Randi sempat dilarikan ke Rumah Sakit (RS) dr Ismoyo Kendari. Namun, dia meninggal sebelum mendapat perawatan medis.
Komandan Korem (Danrem) 143/HO Kendari Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto mengatakan, ada empat orang yang sempat dibawa ke RS. Namun, satu orang datang dalam kondisi meninggal dunia. Danrem menuturkan, korban tewas karena pendarahan di bagian dada kanan. Ada luka bocor sedalam sekitar 2 cm. Nono belum mau berkomentar banyak apakah korban meninggal karena peluru karet atau peluru tajam. ”Yang jelas, kita mau visum dulu di rumah sakit Bhayangkara,” katanya.
Sementara itu, dari Jakarta, Kadivhumas Polri Irjen M. Iqbal menjelaskan, Randi ditemukan sekitar 500 meter dari lokasi demonstrasi di depan DPRD Sultra. ”Diduga luka tembak,” tegasnya.
Namun, dia mengatakan, sebelum demonstrasi merebak di sejumlah kota, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menginstruksikan anggotanya agar tidak membawa peluru tajam dan peluru karet. ”Kalau sudah ada tindakan anarkistis, pakai water cannon dan gas air mata,” jelasnya. Karena itu, untuk memastikan penyebab kematian Randi, diperlukan otopsi secara scientific. Bahkan, otopsi itu perlu dilakukan secara terbuka dengan disaksikan keluarga korban, rektor, dan pihak lainnya. ”Hasilnya akan diketahui,” tuturnya.
Sementara itu, kondisi Faisal Amir, mahasiswa Universitas Al Azhar yang terluka parah saat aksi demo di Jakarta, terus membaik. Dia berhasil melalui masa kritis. Kemarin bahkan Faisal siuman. Dia bisa merespons stimulus dokter. Faisal juga bisa menjawab sedikit pertanyaan ibundanya, Asma Ratu Agung. Namun, pemuda yang biasa dipanggil Ical itu belum bisa mengingat detik-detik sebelum dirinya tumbang saat berdemonstrasi di depan gedung DPR.
”Dia lupa, masih lupa,” ujar Ratu kepada Jawa Pos kemarin.
Aksi Mahasiswa di Surabaya Aman Aksi lanjutan di depan kantor DPRD Jatim, Jalan Indrapura, Surabaya, kemarin berlangsung aman. Tuntutan ribuan orang yang terdiri atas mahasiswa dan elemen masyarakat itu diakomodasi anggota dewan. Mereka pun membubarkan diri setelah pimpinan dewan menandatangani pernyataan di atas kertas bermeterai.
Sekitar pukul 13.00, massa semakin banyak. Bukan hanya mahasiswa. Ada elemen masyarakat yang tidak mengenakan jas almamater. Gerakan mereka semakin agresif. Mereka berusaha masuk ke kantor dewan. Polisi menawarkan perwakilan untuk masuk dan bernegosiasi. Ada beberapa orang yang masuk. Namun, itu justru membuat peserta aksi lainnya marah. Mereka meneriakkan tidak boleh ada perwakilan. Mereka ingin berbicara langsung dengan anggota dewan. ”Mereka (anggota dewan, Red) yang seharusnya turun dan berbicara di sini,” teriak seorang peserta unjuk rasa.
Aksi dorong terjadi. Massa berusaha merusak kawat berduri yang dipasang di depan pagar. Selain itu, ada oknum yang melemparkan botol minuman kemasan ke gedung dewan. Aparat keamanan berusaha meredam aksi tersebut.
Upaya itu berhasil. Orasi terus berlanjut. Tuntutan mereka, antara lain, menolak revisi UU KPK, agraria, ketenagakerjaan, dan penghapusan kekerasan seksual.