Pemain Harus Bayar Sendiri Denda Kartu yang Didapatkan
Kartu kuning yang didapat pemain merugikan klub. Selain berbuah denda, kartu kuning bisa mereduksi kekuatan tim.
BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Surabaya
KARTU kuning bikin jengkel. Itulah yang dirasakan manajemen Persib Bandung dan PSM Makassar. Tercatat sudah dua kali Persib dan PSM mendapat denda akibat menerima lima kartu kuning dalam satu laga. Dendanya Rp 50 juta (untuk lima kartu kuning dalam satu laga).
Artinya, kedua tim sudah mengeluarkan uang Rp 100 juta. Masalahnya, kerugian bukan soal materi saja. Pemain yang mendapat kartu juga bisa menepi. Mereka harus absen lantaran akumulasi kartu. Kondisi yang membuat kekuatan tim tereduksi.
Di skuad Persib, Ezechiel Ndouassel jadi kolektor kartu kuning terbanyak. Yakni, tujuh. Sementara itu, di PSM ada Zulham Zamrun yang juga mengantongi tujuh kartu kuning. Artinya, dua pemain tersebut sudah absen dalam tiga laga akibat akumulasi kartu. Hal yang cukup merugikan. Sebab, Ndouassel maupun Zulham berstatus top scorer klub.
Manajer Persib Umuh Muchtar mengaku gemas dengan kebiasaan pemain menerima kartu kuning. ’’Bukan masalah dendanya, tetapi masalah kerugian secara tim karena kami sering kehilangan pemain karena akumulasi juga,’’ katanya.
Karena itu, dia menerapkan aturan baru sejak putaran kedua bergulir. ’’Mulai sekarang (pemain) harus bayar (denda) sendiri. PT (Persib) tidak bisa selalu kasih keringanan,’’ tegasnya.
Hal serupa diterapkan PSM. ’’Jika pemain mendapatkan kartu kuning atau merah yang tidak menguntungkan tim, mereka harus membayar denda kartunya sendiri,’’ ungkap Kalezic. Tapi, sejatinya aturan tersebut berlaku sejak musim lalu. Winger PSM M. Rahmat tak menampik hal itu.
Dia menyebut, tidak semua denda dibayar pemain itu sendiri. Ada denda kartu yang tetap dibayarkan klub. ’’Tapi dengan syarat pemain melakukan pelanggaran penting yang dibutuhkan tim,’’ jelas pemain asli Takalar, Sulawesi Selatan, itu kepada Jawa Pos. Tapi, jika pemain dihadiahi kartu karena protes ke wasit atau pelanggaran tidak perlu, itu beda lagi. ’’Yang seperti itu baru pemain bayar denda sendiri,’’ lanjutya.
Beruntung, sejauh ini Rahmat tak pernah merasakan sanksi itu. Dalam 17 laga bersama PSM musim ini, dia baru mengantongi satu kartu kuning. Dia menjelaskan, ketenangan di lapangan adalah kunci. ’’Mengendalikan emosi harus dilakukan (di lapangan). Itu juga bisa melatih saya untuk sabar,’’ tambahnya.
Meski diterapkan sejak musim lalu, Kalezic menyebut aturan itu sangat penting. Tujuannya, para pemain bisa menahan diri saat berada di lapangan.
Menurut pelatih asal Swiss tersebut, banyak pemain Indonesia yang kurang paham soal pelanggaran. Kapan harus melakukan pelanggaran yang menguntungkan atau sebaliknya. ’’Itu menunjukkan pemain kami tidak menggunakan inteligensinya saat membuat pelanggaran,” ungkapnya.
Kalezic pun berharap anak asuhnya lebih berhati-hati. Sebab, kecerdasan dalam mengambil keputusan di lapangan sangat penting. ’’Bermain sepak bola yang paling pertama dibutuhkan adalah otak. Bukan soal kartu, tapi juga dalam mengambil banyak pilihan di atas lapangan,’’ tambah pengganti Robert Rene Alberts tersebut.
Digaungkannya aturan itu cukup efektif. Sebelum laga kontra Tira Persikabo (19/9), PSM sudah mengantongi 47 kartu kuning dan 3 kartu merah dari 16 laga. Artinya, rata-rata tiga kartu di setiap laga. Setelah itu, saat melawan Semen Padang (23/9), PSM hanya mengantongi dua kartu kuning.