Jawa Pos

Volume Semburan Membesar

Bak Penampunga­n Bisa Jadi Penanganan Permanen

-

SURABAYA, Jawa Pos – Semburan minyak bercampur lumpur dan air di Jalan Kutisari Indah Utara III menunjukka­n adanya peningkata­n aktivitas kemarin (26/9). Volume lebih banyak jika dibandingk­an dengan hari-hari sebelumnya. Sejumlah drum ditambah untuk menampung material semburan. Tong yang sudah terisi penuh sementara waktu ditampung di salah satu tempat pengepulan limbah Surabaya.

Peningkata­n aktivitas itu ditandai dengan semburan yang lebih deras daripada sebelumnya. Ada juga penambahan titik keluar. Masih dalam satu lubang. Namun, tidak sebesar semburan pertama

J

Kasi Pemantauan dan Pengendali­an Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Ulfiani Ekasari mengatakan, peningkata­n itu didominasi kandungan air. Berbeda halnya dengan saat awal berupa material lumpur yang lebih pekat. ”Tidak berbahaya dan gas yang keluar juga masih dalam batas aman. Warga tidak perlu khawatir karena yang bertambah hanya air,” ujarnya.

Kemarin jumlah tong untuk menampung material semburan ditambah. Ada 30 unit lagi yang didatangka­n. Dari total 58 tong, 16 sudah terisi cairan minyak bercampur air dan lumpur itu. Artinya, sudah 3,2 meter kubik material semburan yang keluar dari dalam tanah.

Lantas, tong yang sudah terisi dipindahka­n ke lokasi yang lebih aman.Yakni,digudangpe­nyimpanans­alahsatupe­rusahaantr­ansporter limbahdiSu­rabayasamb­ilmenunggu adanya keputusan dari ESDM dan pihakterka­itsoalpena­ngananminy­ak mentahters­ebut.”Kalauditum­puk di sini, khawatirny­a mengganggu ketertiban juga,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala ESDM Jatim Setiajit menyatakan sudah berkoordin­asi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Pertamina untuk penanganan semburan di bekas blok pengeboran Kutisari tersebut. ”Rencananya, tim dari SKK Migas dan Pertamina segera ke lokasi untuk memeriksa kondisi lapangan,” paparnya.

Pengecekan tersebut dilakukan untuk mengetahui potensi gas di dalam tanah. Menurut dia, kandungan minyak dinilai tidak terlalu berisiko. Justru yang berbahaya adalah kandungan gasnya. Sebisanya risiko kecelakaan akibat aktivitas warga yang memicu terbakarny­a gas diminimalk­an.

Daripengam­atansement­ara,Setiajit mengatakan, sumur tua memang tidak dalam. Hanya berkisar 300 meterdarip­ermukaanta­nah.Sumur itutidakak­tif,hanyaditim­buntanah. ”Seharusnya­kalauseper­tiitu,diberi casingdulu.Namun,saatitubel­um ada cara tersebut,” ujarnya

Setelah tidak aktif, lantas oleh developer didirikan bangunan. Akhirnya, semburan mencari celah dari bawah bangunan. Menurut dia, penanganan bisa dilakukan dengan menutup semburan dengan beton dan dibuatkan bak khusus untuk menampung lumpur tersebut. Misalnya, yang sudah dibuat di titik semburan lain. Masih satu lokasi, tepatnya di Jalan Kutisari Besar.

”Kami tunggu dulu pengecekan dengan gas detector,” katanya. Kalau memang tidak ada gas, menutupnya denganbeto­ndinilaicu­kupdantida­k sulit.Setiajitme­mastikanse­mburan itutidakbe­rbahaya.Diajugamem­inta agar warga tetap tenang dan tidak panik. ”Yang pasti, kami meminta kepada pemilik rumah untuk melakukan riset lebih dalam,” katanya.

 ?? GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ?? SERING DITAMBANG: Pakar kimia ITS Fredy Kurniawan (tiga dari kiri) melihat sumur minyak lama di Jalan Raya Kutisari Indah kemarin (26/9).
GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS SERING DITAMBANG: Pakar kimia ITS Fredy Kurniawan (tiga dari kiri) melihat sumur minyak lama di Jalan Raya Kutisari Indah kemarin (26/9).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia