Jawa Pos

Per Drum Minyak Laku Rp 700 Ribu

-

Update Terkini Semburan Kutisari

Volume lebih banyak jika dibandingk­an dengan sebelumnya. Semburan lebih deras.

FENOMENA semburan minyak di kawasan Kutisari bukan kali pertama terjadi. Hingga kini, masih ada bekas sumur yang mengeluark­an minyak. Bahkan, kandungann­ya lebih bagus. Minyak tersebut sering ditambang orang untuk dijual.

Semburan itu berada di Jalan Raya Kutisari Indah. Tepatnya di area ruang terbuka hijau (RTH) bawah saluran utara tegangan ekstrating­gi (SUTET). Di lokasi tersebut, semburan tidak terlalu signifikan. Hanya sesekali muncul letupan gelembung gas. Baunya juga tidak Ada juga penambahan titik keluaran. Semburan didominasi air. menyengat seperti di Jalan Kutisari Indah Utara III. Minyak tersebut berasal dari rembesan tambang yang sudah ditutup.

Ada sebuah kolam berukuran 1 x 2 meter dengan kedalaman 1 meter untuk menampung rembesan itu. Di sana tampak jelas minyak berwarna hitam pekat di lapisan atas. Di bawahnya terdapat lapisan air yang bening.

Lurah Kutisari Titik Eko Prasetyani­ngtyas mengatakan­bahwakolam­itusudahla­maada.’Warga di sini menganggap ini sudah biasa,” katanya

J

Memang fenomena semburan lumpur dianggap sebagai kejadian biasa. Selain di titik pengeboran yang sudah tutup, rembesan minyak keluar dari dalam tanah di beberapa saluran.

Saat hujan dan air tinggi, minyak menempel di tembok saluran. Bekasnya tidak hilang sampai sekarang. Namun, semburanny­a tidak terusmener­us, hanya sesekali.

Di titik sumur Jalan Raya Kutisari Indah, ada orang yang biasa mengambil minyaknya. Mereka menampung minyak tersebut, lantas menjualnya. Tidak tanggung-tanggung, minyak dalam satu drum kapasitas 200 liter dibanderol Rp 700 ribu.

Karena semburan sangat kecil, mengumpulk­an minyak pun membutuhka­n waktu yang cukup lama. Dalam sebulan, belum tentu bisa terkumpul satu drum cairan kental kehitaman itu.

Pakar kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Fredy Kurniawan menyebut cairan minyak yang keluaritut­ermasukjen­ishidrokar­bon rantai panjang. Artinya, paling mentok bahan itu hanya bisa digunakan untuk oli. ’’Di bekas pengeboran ini, masih mending bisa terpisah antara air dan minyak. Kalau di titik semburan yang terjadi saat ini, minyak sudah bercampur dengan lumpur,” katanya. Disuling dan dijadikan bahan bakar pun akan sulit. Apalagi saat disulut dengan api, minyak tersebut tidak bisa langsung menyala.

Dosen kimia ITS itu juga menyebutka­n, langkah cepat harus segera diambil para stakeholde­r. Sebab, banyaknya minyak yang terbuang ke saluran bisa berbahaya bagi lingkungan. Cara paling mudah untuk mengatasin­ya adalah membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk memisahkan material minyak dan air. Lantas, endapan minyak yang tersisa diangkut dengan media lain.

 ?? ROBERTUS RISKY/JAWA POS ?? DIDOMINASI AIR: Petugas memindahka­n drum berisi material semburan minyak di Jalan Kutisari Indah Utara III ke lokasi yang lebih aman kemarin.
ROBERTUS RISKY/JAWA POS DIDOMINASI AIR: Petugas memindahka­n drum berisi material semburan minyak di Jalan Kutisari Indah Utara III ke lokasi yang lebih aman kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia