Transmigran Pandawai Ubah Lahan Kering
SATUAN Permukiman (SP) Laimbaru, Desa Laindeha, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang awalnya merupakan area permukiman transmigrasi lahan kering kini mampu diubah menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi masyarakat setempat.
Robert Kale, salah seorang tokoh transmigran yang juga pemenang juara II Transmigran Teladan 2019, mengungkapkan bahwa semua itu berawal dari kerja sama dengan Dinas Koperasi dan Transmigrasi Provinsi NTT untuk membuka lahan bagi masyarakat setempat. ’’Penempatan pertama pada 2015. Di tempat kami tidak ada air. Lalu, saya hadirkan tangki untuk dibagikan kepada masyarakat pakai uang pribadi,’’ ungkap Robert saat ditemui belum lama ini.
Bukan hanya itu, dengan lahan seluas 1,5 hektare yang diberikan pemerintah, dia menanam berbagai jenis tanaman seperti kelapa, mahoni, jati putih, jambu mete, dan nangka. Juga, tanaman umur pendek seperti jagung dan kacang-kacangan.
’’Kami juga merintis kegiatan lainnya, yakni koperasi dan kelompok tenun ikat. Dengan latar belakang seorang perawat, saya juga membuka apotek,’’ papar Robert yang juga ketua koperasi tenun ikat.
Dari banyaknya usaha dan kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat tersebut, Robert berhasil meraup keuntungan hingga Rp 213 juta per tahun. ’’Kami akan terus memotivasi transmigran yang lain agar bisa berhasil juga,’’ ungkap transmigran asli NTT itu.
Robert mengungkapkan, pihaknya terus mengadakan berbagai pelatihan bagi masyarakat setempat. Tujuannya, pemberdayaan potensi desa bisa tergali dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. ’’Dengan begitu, mereka sampai sekarang sudah mampu memiliki pendapatan dari hasil tenun maupun berkebun,’’ tuturnya.
Staf Dinas Koperasi dan Transmigrasi Provinsi NTT Maryati menambahkan, masyarakat di SP Laimbaru kerap diajak aktif dalam berbagai kegiatan pelatihan. ’’Mereka dibimbing untuk menggali ilmu bertani dan berkebun serta keterampilan menenun,’’ jelasnya.