Jawa Pos

Mereka Cuma Ikut-ikutan

-

DI hadapan anaknya yang sedang menangis, Imam Sayudi tak bisa membendung air mata. Dia sesengguka­n. Imam tak menyangka anaknya yang dikenal keras kepala itu bisa menangis. ’’Gak nyongko aku, anakku nangis. Akhire ya ikutan nangis,’’ ujar Imam.

Mereka berdua menangis di hadapan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i. Imam dan putranya dipanggil secara khusus ke hadapan Risma dan Kapolresta­bes Surabaya Sandi Nugroho. Sebab, saat sesi dialog, Imam terkesan keras kepada anaknya. Risma berharap Imam lebih sabar menghadapi putranya itu. ’’Kalau Bapak keras, putra Bapak juga akan lebih keras,’’ ujar Risma. Tapi, kepada putra Imam itu, Risma juga memintanya agar tidak ikut lagi kelompok atau geng tawuran tersebut. ’’Supaya bapakmu sayang sama kamu, ya sayang ya. Mengerti ya,’’ tambah Risma.

Imam yang tinggal di Sukomanung­gal mengaku memang pernah memperlaku­kan putranya itu secara kasar. Dia pernah memukul putranya dengan besi di bagian punggung. Belakangan, dia begitu menyesal dengan perlakuan kasar tersebut. Bahkan, putranya itu sampai kabur dari rumah lebih dari sepekan

’’Mudah-mudahan dengan pertemuan ini tidak sampai anak saya ini jadi lebih nakal,’’ kata Imam.

Putra Imam pun menyesali perbuatann­ya. Remaja yang masih duduk di kelas VII sebuah SMP negeri itu mengaku benar-benar menyesal atas perbuatann­ya. Dia betul-betul kapok dimarahi wali kota. ’’Wes leren mari ngene nakale. Kapok aku,’’ kata anak tersebut.

Teman-temannya pun datang untuk memberikan support. Sebab, sudah dua pekan anak tersebut ditangani Polrestabe­s Surabaya. ’’Aku hanya ikut-ikutan. Tiba-tiba diajak kumpul, lalu diajak nyerang,’’ ujar siswa tersebut.

Seorang siswa yang hadir dalam pertemuan tersebut mengungkap­kan bahwa dirinya pun tibatiba dimasukkan ke sebuah grup WA. Di dalam grup tersebut sudah ada geng. Menurut dia, geng Kampung Jawara itu terdiri atas banyak geng yang terafilias­i lebih dari 10 geng lain yang lebih kecil. Bahkan, ada geng dari Jakarta yang ikut gabung. ’’Ini anggota-anggotanya banyak. Kalau mau jadi anggota, bikin kaus, bikin atribut,’’ ujar anak bertubuh subur itu.

Sementara itu Eksistensi Geng Kampung Jawara perlahan mulai hilang. Bahkan, grup media sosial (medsos) geng itu disebut-sebut sudah bubar. ”Rizal yang bilang,” ujar Kanit Jatanras Polrestabe­s Surabaya Iptu Giadi Nugraha kemarin (10/10). Rizal yang dimaksud adalah Ahmad Ari Rizaldi. Warga Jalan Simorejo Sari itu merupakan satu di antara dua anggota Kampung Jawara yang mendekam di sel Polrestabe­s Surabaya. Mereka ditahan karena melakukan penganiaya­an.

Rizal, kata Giadi, dibesuk saudaranya. Tidak hanya dikirimi makanan. Rizal juga mendapat kabar bahwa Geng Kampung Jawara yang diikutinya­sudahtidak­ada.Grupmedsos­nya bubar. Menurut saudaranya itu, pembubaran geng merupakan imbas dari banyaknya sorotan yang didapat akhir-akhir ini.

Anggotanya merasa takut kalau harus berurusan dengan polisi. ”Ya, kabar bagus juga buat kami,” kata Giadi. Meski begitu, alumnus Akpol 2012 tersebut tidak mau terlena. Sebab, kebangkita­n geng itu bisa terjadi sewaktu-waktu. ”Mungkin saja suatu saat anggotanya kembali membentuk geng dengan nama lain. Bahkan sama,” sambungnya.

 ?? HARIYANTO TENG/JAWA POS ?? PENUH HARU: Anak-anak geng yang dikumpulka­n meminta maaf kepada ibu masing-masing yang turut dihadirkan kemarin.
HARIYANTO TENG/JAWA POS PENUH HARU: Anak-anak geng yang dikumpulka­n meminta maaf kepada ibu masing-masing yang turut dihadirkan kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia