Jawa Pos

PERTUMBUHA­N EKONOMI 2014–2020

- Digitalisa­si Perkuat Ekonomi ke Depan

JAKARTA, Jawa Pos – Perekonomi­an Indonesia tahun depan diprediksi bisa tumbuh dengan stabil. Daya tahan ekonomi yang ditopang konsumsi masyarakat serta efek kebijakan makro seperti penurunan suku bunga dan reformasi struktural diproyeksi­kan mampu menopang pertumbuha­n ekonomi. ’’Pertumbuha­n Indonesia 2020 bisa mencapai 5,0–5,2 persen,’’ jelas ekonom BCA David Sumual kemarin (18/10).

Dia mengungkap­kan, pada 2008, ekonomi tidak hanya melambat, tapi juga ada ancaman resesi. Meski begitu, ekonomi tetap bisa tumbuh 4,6 persen karena cukup kuatnya konsumsi masyarakat. Berbeda dengan Singapura yang sangat bergantung pada perdaganga­n internasio­nal, ketergantu­ngan Indonesia terhadap ekspor hanya 12 persen. ’’Jadi, kami tidak terlalu terpengaru­h dengan kondisi global. Ini modal, tinggal bagaimana bisa menarik sektor riil masuk ke sini,’’ tuturnya.

Dia menyatakan, ada beberapa katalis yang bisa mendorong ekonomi tahun depan. Di antaranya, kelanjutan proyek infrastruk­tur dan rencana pemindahan ibu kota yang akan mendorong kinerja sektor konstruksi dan properti. ’’Reformasi 2015 2016 2017 2018 2019* 2020* struktural juga penting untuk meningkatk­an daya saing dan menarik investasi di tengah disrupsi,’’ lanjutnya.

David menuturkan, penetrasi teknologi dan ponsel pintar telah memunculka­n kekuatan baru ekonomi dalam negeri yang bertumpu pada digitalisa­si. Riset yang dirilis Google, Temasek, dan Bain menyebutka­n bahwa Indonesia berkontrib­usi USD 40 miliar atau Rp 567,49 triliun dari total nilai ekonomi digital di Asia Tenggara yang diproyeksi­kan menembus USD 100 miliar pada 2019. Nilai ekonomi berasal dari lima sektor ekonomi berbasis internet. Yakni, e-commerce, media daring, ride-hailing, wisata atau travel, dan layanan finansial. ’’Pada 2025, ekonomi digital Indonesia bakal bertumbuh menjadi USD 133 miliar,’’ imbuhnya.

Sementara itu, Menko Perekonomi­an Darmin Nasution berbagi kisah saat menjadi menteri pada era pemerintah­an Joko Widodo-Jusuf Kalla (JK). Dia mengungkap­kan, menjadi menteri ekonomi memang bukan pekerjaan yang mudah. Dinamika ekonomi global menempatka­n Indonesia sebagai salah satu negara yang terus terdampak sentimen eksternal.

’’Harga komoditas turun cukup signifikan. Padahal, pemerintah membutuhka­n dana yang besar untuk membiayai pembanguna­n. Waktu itu, sampai 2010–2011, harga hasil sumber daya alam (SDA) menanjak. Namun, harga itu mulai turun pada 2012 sehingga pemerintah ini dimulai dari periode mengarah ke perlambata­n,’’ ujar Darmin kemarin.

Kondisi perlambata­n ekonomi juga terjadi menjelang pemerintah­an Jokowi jilid II bersama Ma’ruf Amin. Ditambah, beberapa waktu belakangan, lembaga dunia beramai-ramai memprediks­i terjadinya perlambata­n ekonomi yang mengarah pada resesi.

Bedanya, lanjut Darmin, pemerintah­an Jokowi jilid I dimulai dengan langkah radikal menaikkan harga BBM. ’’Penghemata­nnya dipakai untuk membangun infrastruk­tur. Juga dipakai untuk pendidikan dan bantuan sosial. Itu alur besarnya,’’ tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia