Dari Bingung Pakai Lift sampai Diangkat Jadi Direktur
Kampung halaman yang jauh dari sekolah tidak menyurutkan semangat Yohanes Boho. Dia mengejar pendidikan tinggi sejauh apa pun.
Perjuangan Yohanes Boho, Alumnus UC Asal Papua yang Tak Lelah Mengejar Mimpi
WAHYU ZANUAR BUSTOMI, Jawa Pos
YULIANA Tomouw tidak kuat menahan haru. Dia yang sebelumnya duduk di bangku peserta wisuda berjalan menuju ke podium. Sebuah pelukan hangat diberikan untuk sang buah hati, Yohanes Boho. Yuliana tidak menyangka siang itu dirinya diminta buah hatinya naik ke podium. ’’Saya mohon mama naik ke podium,’’ ucap Yobo, panggilan akrab Yohanes Boho, di sela memberikan sambutan dalam acara wisuda pada Kamis (3/10).
Seketika, suasana gedung Auditorium Universitas Ciputra (UC) senyap. Hening dan penuh haru. Sebuah buket bunga digenggam Yuliana Tomouw. Bunga putih itu diberikan sebagai hadiah untuk Yobo. Pelukan anak dan orang tua tersebut diiringi tepuk tangan dari para orang tua dan wisudawan lain.
Perjalanan Yobo hingga duduk menjadi direktur anak perusahaan British Petroleum (BP) tidak mudah. Minimnya lembaga pendidikan di tempatnya, Kampung Mogoi Baru Distrik Tembuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, mengharuskannya meninggalkan kampung halaman sejak SMP
J
Bagaimana tidak, kampung kelahirannya tersebut sangat jauh dengan tempatnya bersekolah di Kabupaten Sorong. Ratusan kilometer harus ditempuh agar bisa bersekolah di sana. Belum lagi medan yang harus dilalui untuk bisa sampai ke sekolahnya begitu berat. ’’Saya SMP dan SMA di satu yayasan. Yaitu, YPPK Seminari Petrus Van Diepen,’’ kata Yobo.
Jalan panjang perjuangannya itu masih diingat memori Yobo. Selain lewat jalan darat, untuk menuju ke Kabupaten Sorong, dia harus menumpang kapal feri. Sejak SMP Yobo harus berpisah dengan orang tua. Namun, perpisahan tersebut membuatnya menjadi pribadi yang mandiri dan ulet.
Setelah lulus SMA pada 2013, Yobo sebenarnya bertekad menjadi seorang pengusaha. Dengan dibantu pamannya, dia membuka CV yang bergerak di bidang konstruksi dan perdagangan. Pria yang kini berusia 25 tahun tersebut sempat bingung. Sebab, dia sangat ingin berkuliah. Di sisi lain, tidak ada yang mengurusi usaha CV-nya yang sudah berjalan. Setahun berlalu, Yobo memutuskan masuk Universitas Sam Ratulangi, Manado. Namun, dia tidak diterima.
Siapa sangka, kegagalan masuk di perguruan tinggi negeri (PTN) justru membuat jalan hidupnya terang. Dia juga mampu menempuh belajar di perguruan tinggi secara gratis. Cerita bermula ketika dia mengikuti lelang pekerjaan di anak perusahaan PT British Petroleum. Namun, alih-alih mendapatkan proyek, Yobo malah ditawari kuliah oleh Yohanes Hemateng, salah seorang perwakilan perusahaan.
Tanpapikirpanjang,anakkeenam dari tujuh bersaudara itu langsung mengiyakan tawaran tersebut. PT BritishPetroleumyangmenggandeng Universitas Ciputra (UC) pun melakukan tes seleksi masuk. Hasilnya menggembirakan. Dia diterima. Aneka cerita lucu pun terjadi begitu Yobo memulai perjalanan pendidikannya di UC. Salah satunya bingung cara menggunakan lift. ’’Belum pernah naik sama sekali. Jadi, saya lihatin saja liftnya,’’ katanya, kemudian tertawa.
Menjalankan amanat beasiswa pun tidak disia-siakan Yobo. Dia dikenal sebagai mahasiswa aktif di kelas maupun organisasi. Pada 2007, dia menerima apresiasi dari Kementerian Luar Negeri dalam Outstanding Student for The World di India.
Semangat belajar serta keuletan membuat Yobo mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagai wirausaha sosial muda Indonesia. Termasuk apresiasi Satu Indonesia Awards dari Astra Indonesia tahun lalu.
Alhasil, pada upacara wisuda itu, Yobo juga menyandang gelar sebagai mahasiswa best entrepreneur UC. Rentetan penghargaan serta perjuangan panjang dalam menempuh pendidikan juga membuat pimpinan British Petroleum (BP) memercayainya duduk di kursi direktur PT Subitu Trans Maritim, sebuah anak perusahaan BP.(*/c15/tia)