Penanganan Cepat karena Share Location Tiap Malam
Para driver ojek online (ojol) ini punya keahlian khusus. Mereka dibekali keterampilan penanganan pertama gawat darurat (PPGD) untuk menolong korban kecelakaan. Sebanyak 55 ojol itu tergabung dalam tim Unit Reaksi Cepat (URC) Gojek Surabaya.
Cerita Tim URC Gojek Membantu Driver Ojol yang Kecelakaan
driver ARIF ADI WIJAYA, Jawa Pos
BRAAAKKK …!!! Suara benturan keras itu membuat Rohman, salah seorang driver ojol, putar balik saat melintas di Jalan Gunungsari Jumat pagi (11/10). Dia melihat ada pengendara roda dua yang menabrak tiang rambu larangan parkir. Korban bernama Mathius itu mengenakan jaket hijau, khas driver ojol.
Karena merasa sama-sama pengemudi transportasi online, Rohman langsung balik kanan. Arus
lalu lintas yang satu arah diterabas. Dengan cepat, dia mengirimkan pesan ke salah satu grup WhatsApp di HP-nya. Kurang dari lima menit, informasi adanya kecelakaan tunggal itu sampai ke tim Unit Reaksi Cepat (URC) Gojek.
Hanya butuh waktu 10 menit, seorang anggota URC tiba di tempat kejadian perkara (TKP). Saat itu, polisi belum tiba di lokasi
J
Tanpa menunggu petugas datang, tim URC membawa korban ke RSI Wonokromo. Itu merupakan satu di antara ribuan cerita penanganan kecelakaan ojol oleh tim URC Gojek.
Ketua Tim URC Dadik Prayitno menyatakan, anggotanya tidak tebang pilih dalam menolong korban kecelakaan. Driver Gojek maupun Grab pasti dibantu. ”Meskipun kompetitor, kami ini saudara di jalan,” ujarnya saat ditemui Kamis (17/10).
Dadik mengatakan, tim URC yang dia komandani hanya beranggota 55 orang. Tapi, mereka berada di mana-mana. Ada yang di Surabaya Barat, timur, selatan, utara, dan pusat kota. Setiap pukul 22.00, para anggota diminta share location di grup WhatsApp. Jadi, posisi masing-masing driver yang kerja malam bisa terpantau.
Hal itu mempermudah komunikasi ketika terjadi kecelakaan. Anggota yang berada di lokasi terdekat diminta meluncur lebih dulu. Setelah itu, ”bala bantuan” dari anggota tim yang lain akan datang menyusul. Beberapa driver nonanggota juga ikut membantu sampai korban mendapat penanganan medis.
Menurut Dadik, ada 130 grup WhatsApp yang selalu memberikan informasi adanya kecelakaan di semua wilayah. Masing-masing admin grup terkoneksi dengan tim URC. ”Jadi, kejadian laka lantas itu seperti minum obat. Setiap hari ada dan minimal tiga kali sehari,” kelakar Dadik.
Bapak tiga anak itu mengungkapkan, solidaritas dan militansi anggota timnya tidak diragukan lagi. Bahkan, ada yang berani cancel order demi menolong korban kecelakaan. Padahal, risiko membatalkan pesanan bagi driver cukup signifikan. Hal itu berpengaruh pada penilaian performa driver. ”Tapi, demi kemanusiaan, lakukan dengan sepenuh hati atau tidak sama sekali,” tutur pria 52 tahun itu.
Agus Bandrio, pembina yang juga penggagas tim URC Gojek, mengatakan bahwa saat ini dirinya menggagas tim serupa di daerah lain. Sudah ada 11 daerah yang membentuknya. ”Ini bukan struktural. Jadi, tidak wajib karena murni sukarelawan,” ucapnya.
Menurut Agus, kecelakaan menjadi salah satu risiko yang harus ditanggung para driver ojol. Baik Gojek maupun Grab. Mereka memiliki potensi yang sama untuk terlibat kecelakaan. Entah itu kecelakaan tunggal maupun frontal atau mutual.
Nah, tim URC dibentuk untuk memberikan penanganan awal kepada para korban. Sebab, menurut dia, kualitas pertolongan awal itu penting. Kondisi korban bisa semakin parah jika penanganan pertama salah.
Karena itu, 55 orang yang menjadi anggota tim URC dibekali keterampilan. Mereka sudah mengikuti pelatihan PPGD (pertolongan pertama gawat darurat). ”Mereka semua sudah tersertifikasi. Jadi, tidak ngawur dalam memberikan pertolongan pertama,” kata pria 42 tahun tersebut.
Selain memberikan pertolongan pertama, semua driver di seluruh penjuru wilayah dimintai iuran bulanan. Tapi, sifatnya sukarela. Tidak diwajibkan. Uang yang terkumpul digunakan untuk membantu driver ojol yang menjadi korban kecelakaan.