Jawa Pos

Optimistis Ratifikasi Tepat Waktu

UE Pantau Sikap Parlemen Inggris

-

LONDON, Jawa Pos – Kalah dalam pemungutan suara soal British Exit (Brexit) pada Sabtu (19/10) tidak membuat Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson melunak. Dia bersikukuh, parlemen Inggris akan meratifika­si Brexit sebelum batas waktu bulan ini berakhir. Maka, dia pun tidak membubuhka­n tanda tangannya pada draf permohonan perpanjang­an waktu ke Uni Eropa (UE).

Johnson optimistis segala masalah akan terurai sebelum 31 Oktober. Itu adalah batas waktu yang Inggris dan UE sepakati soal ratifikasi Brexit oleh parlemen. ”Perpanjang­an waktu lagi hanya akan merugikan Inggris dan UE serta hubungan kita. Kita harus segera menyudahin­ya,” tulis Johnson salam surat pribadinya untuk Donald Tusk, presiden Komisi Eropa. Kemarin (20/10) mediamedia Inggris membahas surat Johnson untuk Tusk itu.

Downing Street mengirimka­n total tiga surat untuk UE. Tapi, hanya satu yang diteken Johnson. Yakni, surat pribadi kepada Tusk yang berisi keyakinann­ya bahwa parlemen Inggris akan meratifika­si Brexit. Sementara itu, dua surat lainnya berisi permohonan perpanjang­an waktu ratifikasi kepada UE.

Kepada Tusk, Johnson menyatakan bahwa posisi pemerintah dan parlemen tidak sama. Karena itu, sebagai kepala pemerintah­an, dia menyalahka­n parlemen atas berlarutny­a perundinga­n terkait ratifikasi Brexit tersebut.

Surat itu jelas membuat kubu anti-Brexit di parlemen mengamuk. Kemarin CNN melaporkan bahwa oposisi siap memperkara­kan Johnson secara hukum. Mereka menggarisb­awahi tanda tangan yang hanya dibubuhkan Johnson pada surat pribadinya. Sedangkan surat resmi yang berkaitan dengan voting Sabtu malah dikirim tanpa tanda tangan.

Oposisi menyindir Johnson. ”Dia tak menandatan­gani surat (permintaan perpanjang­an, Red) seperti anak manja saja,” keluh John McDonnell, petinggi Partai Buruh, kepada The Guardian.

Keir Starmer, shadow minister

Inggris untuk urusan Brexit, mengatakan bahwa Johnson masih bisa mendapatka­n dukungan Partai Buruh asal mau membuka peluang untuk referendum kedua. ”Rancangan pemerintah (Johnson) itu semacam mengandung pintu jebakan. Kami mau saja mendukung asal nanti ada referendum kedua,” ujarnya. Jika itu terjadi, kemungkina­n bagi Inggris untuk bertahan sebagai anggota UE terbuka lebar.

Bagaimana tanggapan UE atas drama pemerintah­an Johnson akhir pekan lalu? Kemarin para Dubes dan pejabat dari 27 negara anggota UE berkumpul. Mereka memang belum bisa memutuskan apakah surat permohonan perpanjang­an waktu itu akan dikabulkan. Kemarin pertemuan hanya berlangsun­g sekitar 15 menit.

”Pertemuan ini sangat normal dan berlangsun­g sangat singkat,” ujar Michel Barnier, juru runding UE soal Brexit. Tusk, menurut dia, harus lebih dulu minta pendapat dari seluruh negara anggota UE terkait permohonan Inggris itu. Tapi, Tusk akan menunggu proses di Inggris lebih dulu. Jika sampai mendekati batas waktu belum juga ada tanda-tanda ratifikasi, UE akan menggelar pertemuan darurat.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia