Jawa Pos

Emosi Bukan Jalan Keluar

Ada satu hal yang perlu ditanamkan kepada anak. Namanya kedisiplin­an. Orang tua bisa membentuk kedisiplin­an itu sejak anak berusia 0–13 bulan. Ketika anak tak disiplin, memukul atau marah bukanlah solusinya. Mendisipli­nkan Anak secara Positif

-

SEBELUM memejamkan mata di malam hari, Gantari Hati Raharjo, 4, punya rutinitas membaca buku. Kebiasaan tersebut dibangun sang mami, Anggita Jogi, sejak gadis mungilnya itu genap berusia 6 bulan.

Dia membacakan buku di samping Gantari dengan teknik read loud hingga 15 menit. Selain untuk bonding, cara tersebut ternyata menumbuhka­n sikap disiplin kepada anak. Awalnya memang perlu membiasaka­n diri. ’’Kami nggak ngecek handphone atau TV. Hanya ada orang tua dan anak, bayangin itu bonding kental banget pasti,’’ cerita Anggita saat ditemui di The Breeze, Tangsel, kemarin siang (7/11).

Setiap pukul 21.00, Gantari bergegas ke tempat tidur. Bersiap mendengar cerita maminya. Rutinitas tersebut membuat Gantari paham waktunya tidur.

Ketika Gantari masih asyik bermain hingga lebih dari pukul 21.00, Anggita mengajakny­a

ngobrol untuk memberi pengertian. ’’Kalau

nggak tidur cepat, kamu besok tetap akan bangun pagi. Terus, kalau terlambat, kamu

nggak bisa main sama teman-temanmu di sekolah,’’ katanya menirukan ucapan saat bicara kepada Gantari.

Ketika alumnus Universita­s Padjadjara­n (Unpad) tersebut tidak bisa mengontrol emosinya, dia akan diam.

Di belakang Gantari, Anggita tak jarang berdiskusi dengan sang suami jika ada konsep pendisipli­nan yang berbeda. Menurut dia, itu adalah hal yang wajar. Namun, begitu berada di depan buah hati mereka, konsep pendisipli­nan harus sama.

Di kamus parenting Anggita, tidak ada pemberian hadiah dan hukuman. Yang ada hanyalah dukungan dan konsekuens­i. Dukungan bisa diberikan pada berbagai kondisi anak. ’’Rewards itu nggak memberikan motivasi dan nggak berangkat di diri anak,’’ tegasnya.

Psikolog anak Rayi Tanjung Sari MPsi, 31, sepakat dengan Anggita. Disiplin itu berkaitan dengan rutinitas. Misalnya, pola kapan makan, menyusu, serta mandi. Pola-pola tersebut akan memberikan kenyamanan bagi anak. Saat anak nyaman, mereka lebih mudah mengeksplo­rasi diri dan lingkungan sekitar.

Tidak ada batasan kapan anak belajar untuk disiplin. Bahkan, kata psikolog yang aktif di PION Clinician, Cilandak, Jakarta Selatan, itu, sampai anak berkuliah. Sebab, disiplin sama dengan aturan.

Ada kesepakata­n (negosiasi) yang dibangun dalam menerapkan disiplin kepada anak. Menurut alumnus psikologi Unika Atma Jaya Jakarta tersebut, anak usia 3 tahun sudah bisa diajak bernegosia­si.

Sementara itu, bagaimana jika antara ayah dan ibu berbeda konsep tentang kedisiplin untuk buah hati? Menurut Rayi, hal tersebut sangat wajar. Setiap orang tua pasti mewarisi nilai-nilai kedisiplin­an dari keluarga terdahulu. ’’Tapi, kalau sudah berhadapan dengan anak harus satu konsep kedisiplin­an,’’ ujarnya saat ditemui dalam acara anniversar­y pertama komunitas Orami di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10).

Di satu waktu, anak pasti akan tantrum. Aturan atau kedisiplin­an kacau. Orang tua tidak boleh menerapkan time out. Sebaliknya, orang tua harus time in dengan membangun koneksi dan empati kepada anak.

Orang tua perlu mengevalua­si, mengapa anak bersikap tidak disiplin. Emosi tidak selalu bisa menyelesai­kan masalah. ’’Sampaikan kepada anak, ’Mama tahu kamu marah. Tapi, kamu nggak boleh bersikap seperti itu.’ Bangun empati ke mereka,’’ imbuh lulusan master psikologi Universita­s Indonesia tersebut.

Ajak anak ke ruangan yang hanya ada Anda dan anak. Ngobrol dari hati ke hati dengan suara pelan. Jika anak tidak bersikap disiplin di ruang publik, ajak anak ke tempat yang tidak terlalu ramai. Pasti ada kok.

Di awal, orang tua pasti sulit untuk masuk ke nasihat. Menurut Rayi, orang tua bisa menerapkan koneksi dulu, baru koreksi. ’’Misalnya bilang, ’Mama tahu kamu marah ya. Kamu pasti kecewa’. Itu koneksi hati orang tua ke anak. Tapi, jangan lupa masuk ke koreksi setelah itu. ’Tapi, adik nggak boleh begitu’,’’ paparnya.

Hindari membentak atau menghukum anak dengan memukul. Sebab, tindakan itu tidak akan menyelesai­kan masalah.

 ?? IMAM HUSEIN/ JAWA POS ?? TERBIASA: Gantari Hati Raharjo, 4, membaca buku bersama maminya, Anggita Jogi. Kebiasaan itu membangun kedisiplin­an pada anak.
IMAM HUSEIN/ JAWA POS TERBIASA: Gantari Hati Raharjo, 4, membaca buku bersama maminya, Anggita Jogi. Kebiasaan itu membangun kedisiplin­an pada anak.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia