Sadis Terornya, Nyentuh Dramanya
Film horor Ratu Ilmu Hitam (1981) bikin penonton merasa ngeri pada zamannya. Sekarang film itu dibuat. Ngerinya tetap sama.
Entertainer
Aktor reboot
RATU Ilmu Hitam versi asli sangat kental dengan adegan seram dan intens. Tulang patah, serangga beracun, kematian sadis, dan darah hampir selalu ada. Nah, teror di film versi barunya yang disutradarai Kimo Stamboel tak kalah kencang.
Liburan keluarga Hanif (Ario Bayu) berubah petaka. Alih-alih ke Bali, Hanif mengajak keluarganya ke panti asuhan tempat dirinya dibesarkan untuk melihat Bandi (Yayu Unru), pengasuhnya saat masih kecil. Bandi sedang sakit keras.
Selain Hanif, Jefri (Miller Khan) dan Anton (Tanta Ginting) yang dulu juga diasuh Bandi ikut datang ke panti dengan mengajak istri masing-masing. Begitu malam tiba, teror dimulai. Hanif, Jefri, Anton, keluarga mereka, serta penghuni panti lainnya mendadak diserang ilmu hitam. Mulai teror hewan merayap, ilusi, hingga kekuatan tak kasat mata. Rupanya, ada seseorang yang ingin membalas dendam atas apa yang terjadi di panti puluhan tahun lalu.
Produser Rapi Films Sunil Samtani mengungkapkan, Ratu Ilmu Hitam versi 2019 menghadirkan jalan cerita dan karakter yang sama sekali baru. Meski begitu, ada beberapa hal yang masih sejalan dengan film pertama. Yakni, motif balas dendam dalam alur cerita dan adegan gore yang berdarah-darah.
Joko Anwar didapuk sebagai penulis naskah. Dia tak mengalami kesulitan dalam mempertahankan unsur Ratu Ilmu Hitam versi 1981. ’’Saya suka banget sama film itu. Di sini, saya mau angkat subgenre body horror,’’ ujar sutradara Pengabdi Setan tersebut. Dalam genre body horror, kengerian muncul lantaran ada sesuatu yang tidak lumrah dengan tubuh manusia.
Keinginan Joko untuk memunculkan kengerian dari tubuh manusia terwujud dengan sukses. Adegan pemunculan ilmu hitam sanggup bikin ngilu, bergidik, mual, dan tutup mata. Ada kelabang merayap, darah terciprat, hingga mutilasi tubuh yang terlihat riil berkat teknik CGI yang halus atau permainan angle kamera. Membuat penonton merasakan sadisnya teror yang ditawarkan.
Kimo Stamboel mengakui, cukup sulit membuat film horor sadis yang banyak menggunakan
CGI. Jika tidak rapi atau terkesan tak natural, keseluruhan film akan terpengaruh. ’’Makanya, hal teknis jadi pertimbangan utama kami dalam setiap proses,’’ kata sutradara yang menggarap
Rumah Dara bersama Timo Tjahjanto itu.
Akting para cast pun ciamik. Beberapa dari mereka sudah pernah bermain di film horor, thriller, atau action. Alhasil, mereka tak mengalami kesulitan saat berakting dramatis atau terlibat dalam adegan gore.
Para pelakon muda dan pendatang baru pun menampilkan performa terbaik. Ada Zara JKT48, pemeran Dina (anak Hanif ), yang baru kali pertama bermain di film horor. Dalam film tersebut, Zara berhasil menunjukkan hal yang berbeda dengan tipikal karakter yang diperankannya di Dua Garis Biru atau Keluarga Cemara. ’’Apalagi, suasana tempat syutingnya creepy. Sangat ngebantu untuk akting,’’ ucapnya.
Di samping teror yang bikin merinding, Kimo dan Joko sukses memasukkan unsur drama keluarga. Pada akhirnya, penonton akan mendapat
twist yang mengejutkan selain teror mengerikan. Buat yang suka sensasi horor berbeda (dan tidak mudah jijik dengan adegan berdarah-darah), film itu wajib ditonton.