Jawa Pos

Terlatih Jaga Sikap Tubuh sejak Remaja

Setelah ”Pensiun” Merias, Nuniek Silalahi Giatkan Berkebaya Sesuai Pakem

-

SURABAYA, Jawa Pos – Terbiasa menjaga sikap tubuh saat duduk, berdiri, maupun berjalan, ternyata memberikan banyak manfaat saat sudah memasuki usia senja. Hal itu dirasakan Nuniek Silalahi, perias pengantin legendaris yang tetap bugar di usianya yang sudah 73 tahun.

’’Menjaga sikap tubuh saat duduk dan berjalan agar tetap tegap itu bukan untuk kemayu-kemayuan, loh. Benarbenar ada manfaatnya buat tubuh. Saya yang sudah usia segini saja masih bisa bergerak bebas,’’ tuturnya, lantas mempraktik­kan beberapa peregangan tubuh saat dijumpai di Citraretna Wedding Gallery kemarin (7/11).

Dia mendapatka­n pendidikan untuk menjaga sikap tubuh sejak remaja. Perempuan kelahiran Blitar, 28 Juni 1947, itu menyampaik­an bahwa selain untuk kebugaran, manfaat lain yang bisa diperoleh dari menjaga sikap tubuh adalah menambah keanggunan dan kecantikan. ’’Juga membangun rasa percaya diri yang lebih,’’ tambah perempuan yang juga aktif menyosiali­sasikan berkebaya tersebut.

Pada usianya kini, dia memang tak lagi sibuk merias pengantin. Sejak empat tahun lalu, dia mengumumka­n pensiun. Dia harus kembali sesekali ketika ada permintaan spesial. ’’Tapi, itu sudah jarang banget. Terakhir September akhir saya merias ke Bali,’’ katanya. Saat ini aktivitas merias sudah dilanjutka­n anak keempatnya. Meski begitu, dia tidak benar-benar rehat. Dia tetap aktif dalam organisasi Ratna Busana. Yaitu, organisasi yang mewadahi pecinta dan pelestari busana nasional. Dia bergabung sejak 1979. Bahkan, kini dia menjabat ketua Ratna Busana di Jawa Timur. Misinya adalah melestarik­an busana nasional dan mempelajar­i beragam kain dari seluruh penjuru Indonesia. Dia juga aktif menyosiali­sasikan berkebaya yang sesuai pakem.

’’Untuk busana resmi itu, dari atas itu pakai sanggul, terus kebaya sederhana yang enggak transparan dan lengannya panjang. Kemudian, bawahannya pakai batik atau kain Nusantara. Lalu, pakai selop dan selendang. Untuk yang berhijab, jilbabnya juga sederhana saja,’’ terangnya.

Selama ini, tidak banyak orang yang memperhati­kan pakem tersebut. ’’Kesederhan­aan itu akan makin menampakka­n keanggunan perempuan,’’ lanjutnya. Alasan dia kuat untuk terus aktif menggerakk­an hal itu adalah berkebaya merupakan warisan budaya. ’’Kalau enggak diteruskan ke generasi berikutnya, bisa punah,’’ ucapnya.

Dia mengungkap­kan, hal itu merupakan cara untuk memupuk rasa cinta tanah air. ’’Indonesia itu enggak hanya punya batik, tapi juga songket, sulam, dan masih banyak lagi. Negara kita itu diapit dua samudra dan dua benua. Ibarat seorang gadis, banyak yang mengincar,’’ ujarnya, lantas tersenyum.

Nuniek yang memang mencintai seni juga sering memberikan workshop dan seminar tentang berkebaya dan batik. Dia juga mempunyai kesibukan lain. Yakni, aktif melukis. Bahkan, karyanya diikutkan dalam beberapa pameran lukisan di Surabaya. ’’Saya juga baru menyelesai­kan lukisan untuk pameran 22 Desember nanti di House of Sampoerna,’’ tuturnya.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? MASIH PRODUKTIF: Nuniek Silalahi menunjukka­n lukisan kebaya bikinannya dengan ornamen kain. Dia sering mengisi workshop tentang berkebaya sesuai pakem.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS MASIH PRODUKTIF: Nuniek Silalahi menunjukka­n lukisan kebaya bikinannya dengan ornamen kain. Dia sering mengisi workshop tentang berkebaya sesuai pakem.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia