Sriwijaya Pilih Akhiri Kerja Sama dengan Garuda
JAKARTA, Jawa Pos – Sempat mengalami pasang surut, hubungan kerja sama antara Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia Group terancam kandas. Pihak Sriwijaya tengah mempersiapkan sejumlah langkah untuk mengakhiri kerja sama manajemen (KSM) yang dijalin sejak November 2018 itu. Selanjutnya, Sriwijaya memilih kembali menangani manajemen secara mandiri ■
”Sejak kemarin (Sabtu, 9/11, Red) Sriwijaya berusaha keras untuk mengaktifkan seluruh rute penerbangannya sendiri atau dengan bekerja sama dengan pihak lain di luar GA Group. Sriwijaya kembali mengaktifkan
sendiri layanan servis pesawat, line maintenance, ground handling, dan katering sendiri tanpa kerja sama dengan GA Group,” ungkap pengacara yang juga salah seorang pemegang saham PT Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra.
Pekerjaan-pekerjaan itu, kata Yusril, sebelumnya memang ditangani Sriwijaya sendiri. Namun, setelah kerja sama dengan Garuda Indonesia Group, semua pelayanan tersebut diambil alih anak perusahaan Garuda.
Yusril mengakui bahwa ada permasalahan pada KSM itu. Salah satunya, ada instruksi mendadak dari Garuda Indonesia Group kepada semua anak perusahaannya (GMF, Gapura Angkasa, dan Aerowisata) untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya dengan cara pembayaran cash di muka. ”Kalau tidak bayar cash di muka diperintahkan agar tidak memberikan pelayanan servis dan maintenance apa pun kepada Sriwijaya,” katanya di Jakarta Sabtu (9/11).
Menurut Yusril, hal itu tidak sesuai dengan kesepakatan kerja sama di awal. Sriwijaya pun menolak perubahan sistem pembayaran yang dianggap tidak fair. Akibat instruksi mendadak itu pula, ungkap Yusril, terjadi kekacauan pada sebagian besar penerbangan Sriwijaya pada Kamis (7/11) gara-gara terhentinya pelayanan anak-anak perusahaan Garuda.
Yusril mengatakan, kedua pihak semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerja sama. Namun, lantaran terjadi kebuntuan dalam menyusun board
of directors (BOD), para pemegang saham Sriwijaya memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan KSM dengan Garuda Indonesia Group.
”Nota pemberitahuan pengakhiran kerja sama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink, dan GMF pada Sabtu lalu (9/11). Sriwijaya juga memberitahukan secara resmi kepada menteri perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya,” paparnya.
Sebagai langkah awal pengakhiran kerja sama, terang Yusril, para pemegang saham telah memutuskan untuk mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air. Pihak Sriwijaya juga telah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari Garuda Group untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya.
Langkah selanjutnya, jelas Yusril, pihaknya akan mengundang Garuda Group untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerja sama. Pihaknya meminta BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari Garuda Group untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya selama dipegang Garuda.
Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya penundaan dan pembatalan sejumlah penerbangan. Sriwijaya memastikan bahwa seluruh pelanggan akan menerima kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sriwijaya Air hingga kini terus memantau semua kegiatan operasional di seluruh wilayah yang dilayaninya.
Hingga tadi malam, Jawa Pos yang menghubungi pihak Garuda Indonesia belum mendapatkan respons dan konfirmasi mengenai masalah tersebut.
Terpisah, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan selalu memonitor perusahaan maskapai, termasuk Sriwijaya Air yang ingin kembali mandiri. Mereka akan memastikan terpenuhinya aspek safety, security, services, dan compliance dalam operasi penerbangan.