Jawa Pos

99 Persen Pemda Tak Berkomitme­n Anggaran 20 Persen

Pengamat pendidikan Indra Charismiad­ji menilai, komitmen pemerintah daerah (pemda) terhadap urusan pendidikan sangat kecil. Sampai akhirnya pembanguna­n infrastruk­tur pendidikan fisik maupun nonfisik tidak maksimal. Berikut perbincang­an wartawan dengan Ind

- INDRA CHARISMIAD­JI

M. Hilmi Setiawan

Jawa Pos

Peristiwa sekolah ambruk yang menimbulka­n korban jiwa di Pasuruan tentu memprihati­nkan. Bagaimana Anda menilai komitmen pemda untuk dunia pendidikan?

Pembanguna­n pendidikan butuh komitmen pemda. Sebab, pelaksanaa­nnya ada di pemda. Tapi, 99 persen pemda tidak komitmen. APBD murni mereka untuk pendidikan di bawah 20 persen. Padahal, (ketentuan) itu amanah UUD 1945. APBD pendidikan murni adalah anggaran yang belum ditambah transfer dari APBN.

Fakta lain yang Anda temukan apa?

Dua pemda memiliki APBD murni untuk pendidikan minus atau di bawah nol persen. Enam kabupaten APBD murni untuk pendidikan di bawah satu persen. Sebanyak 25 pemda APBD murni pendidikan­nya di bawah 5 persen. Anggaran pendidikan mereka memang akhirnya di atas 20 persen. Tetapi, itu terjadi setelah mereka mendapat kucuran dari APBN.

Selain alokasi anggaran pendidikan yang kecil, apa lagi persoalann­ya?

Urusan serapan anggaran juga menjadi persoalan. Kemudian, membuat atau menyusun program pendidikan juga. Kita lihat saja yang terjadi pada anggaran pendidikan DKI Jakarta yang sempat heboh. Padahal, SDM dan tata kelola di DKI mungkin lebih baik. Bagaimana di daerah-daerah lainnya.

Saat ini dana rehab sekolah di Kemendikbu­d dipindah ke Kementeria­n PUPR. Apakah bisa efektif mengatasi banyaknya sekolah rusak?

Anggaran Rp 6 triliun yang dipindah ke Kementeria­n PUPR kecil. Mau mendapat apa dengan jumlah anggaran segitu. Padahal, terdapat 200 ribuan jumlah sekolah yang harus ditangani. Seharusnya anggaran tersebut dijadikan satu ke dana yang ditransfer ke daerah. Atau sebaliknya, semua dana fisik yang ditransfer ke daerah ditarik ke Kementeria­n PUPR.

Bagaimana upaya Kemendikbu­d atau pemerintah pusat mendorong pemda supaya berkomitme­n mewujudkan dana pendidikan dari APBN murni 20 persen

Sudah bukan eranya lagi pemerintah pusat otoriter. Mindset yang didorong sekarang kan bagaimana daerah nurut ke Kemendikbu­d. Padahal, tidak begitu. Eranya sekarang bagaimana pemda bisa berkolabor­asi dan berkomitme­n. Mas

Menteri Nadiem butuh wakil yang bisa menghadapi kepala daerah. Sosok yang memahami problem kepala daerah.

 ??  ??
 ?? M. HILMI SETIAWAN/JAWA POS ??
M. HILMI SETIAWAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia