Bantuan Dihentikan, Perawatan Rumah Bersejarah Tak Maksimal
NGAWI, Jawa Pos – Rumah di salah satu sudut Dusun Dirgo, Kauman, Widodaren, Ngawi, tampak berbeda dengan rumahrumah di sekitarnya. Pekarangannya luas, berdinding tinggi, dan bangunannya terkesan kuno.
Rumah yang dibangun 81 tahun silam itu merupakan kediaman dr Radjiman Wedyodiningrat, pahlawan nasional kelahiran Jogjakarta yang menghabiskan masa tuanya hingga wafat di Ngawi. ’’Sekarang dijadikan situs. Siapa pun bisa mengunjungi,’’ kata Sagimin, penjaga situs dr Radjiman Wedyodiningrat itu, kemarin (10/11).
Sagimin menjelaskan, Radjiman memilih Dusun Dirgo untuk menghabiskan masa tuanya lantaran dinilai pas untuk menjaga kondisi kesehatannya. Mengingat lokasinya tergolong hangat. Ditambah tak jauh dari rel sehingga bisa menghentikan kereta api sewaktu-waktu untuk keperluan perjuangan kemerdekaan kala itu.
’’Kereta tidak berhenti di stasiun, tapi di rel yang paling dekat dengan sini (rumah, Red). Pak Radjiman ditandu warga sampai kereta,’’ terang Sagimin.
Sayang, meski sarat nilai sejarah, kondisi kediaman Radjiman kini tampak tak terawat. Selain gersang, beberapa sudut ditumbuhi ilalang. Pun cat pagar kompleks situs tersebut terlihat mengelupas. ’’Dulu ada tukang kebunnya, tapi sekarang tidak ada karena minim anggaran. Tinggal saya yang merawat,’’ ujarnya.
Sagimin menuturkan, sejak tahun lalu pemerintah menghentikan bantuan biaya perawatan situs tersebut. Tepatnya setelah mendapat bantuan renovasi berupa genting, cat, serta paving. ’’Katanya karena situs ini masih termasuk aset pribadi keluarga Pak Radjiman,’’ tuturnya.
Meski kurang terawat, kata dia, pengunjung situs dr Radjiman lumayan banyak. Saban pekan ada saja warga yang datang. Mayoritas kalangan pelajar dan mahasiswa yang ingin mengetahui sejarah ketua Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tersebut.
Sagimin mengatakan, dua di antara empat bangunan di situs tersebut berisi cerita perjuangan Radjiman. ’’Sebelumnya ada gudang padi (lumbung, Red), tapi akhirnya diisi dengan tulisan tentang Pak Radjiman agar bisa dipelajari pengunjung,’’ jelasnya.
Sementara itu, bentuk asli bangunan utama dipertahankan. Pun lokasi tempat tidur, ruang rapat, foto-foto Radjiman semasa hidup, serta beberapa pusaka tidak mengalami perubahan. ’’Dulu Bung Karno juga datang di sini, melayat waktu Pak Radjiman wafat,’’ ungkap Sagimin.